Koran Sulindo – Melawan berkembangnya ideologi transnasional di Indonesia, diperlukan berbagai kerja yang konkret di segala bidang, mulai dari politik, ekonomi, sosial, sampai pekerjaan bidang budaya.
Pernyataan tersebut disampaikan politikus PDIP Ahmad Basarah saat membuka sekaligus memberi kata sambutan dalam Rakernas Persatuan Alumni GMNI yang diselenggarakan di Jakarta, Sabtu (29/8).
Menurutnya bila nasionalisme dan sistem demokrasi yang sekarang dianut bangsa Indonesia tidak membuahkan hasil nyata yang menyejahterakan, apalagi membahagiakan rakyat, akan menyebabkan rakyat akan menoleh pada ideologi lain sebagai alternatif salah satunya ideologi transnasional yang mengusung konsep negara khilafah.
“Jika nilai-nilai Pancasila diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kita membuat kampung-kampung tangguh yang di dalamnya terdapat gotong royong saat bangsa ini menghadapi pandemi Covid-19, rakyat akan merasakan langsung manfaat gotong royong yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila,” kata Wakil Ketua MPR itu dalam keterangannya.
Gotong royong menghadapi pandemi Covid-19, menurut Basarah merupakan salah salah satu bentuk kerja konkret, sehingga masyarakat tidak lagi dapat tertarik pada ideologi lain termasuk transnasionalisme yang sering kali dikampanyekan para pengusung paham negara khilafah.
Diakui oleh basarah bila saja bangsa Indonesia pandai menjaga memori tentang sejarah bangsa, sesungguhnya tidak mungkin ada alasan lain untuk lari dari Pancasila sebagai ideologi bangsa.
“Menurut catatan sejarah di tanah air, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sesungguhnya sudah tumbuh dan mengakar di tengah nenek moyang bangsa Indonesia jauh sebelum Pancasila sebagai ideologi dilahirkan pada 1 Juni 1945,” lanjut Basarah.
Karena itu, Basarah menilai faktor penting yang harus diperhatikan dan dijaga suatu bangsa dalam menjaga eksistensi bangsa dan negara dari kehancuran adalah menjaga sejarah bangsa itu sendiri.
Menurut Basarah, kaburnya sejarah suatu bangsa dan suatu negara akan menghancurkan bangsa dan negara itu sendiri.
Basarah juga sempat mengutip pernyataan dari Sun Tzu yang menyebutkan bahwa untuk mengalahkan bangsa yang besar tidak perlu dengan mengirim pasukan perang yang besar, tapi cukup dengan menghapus pengetahuan atas sejarah kejayaan leluhurnya.
“Jika suatu bangsa melupakan sejarah berdirinya negara mereka sendiri, tidak akan lama, bangsa dan negara itu akan mengalami kehancuran,” ucap Basarah menjelaskan.
Ketua DPP PDI Perjuangan itu menyampaikan, ada tiga cara bisa dilakukan untuk melemahkan dan menjajah suatu negeri yakni, poin pertama dengan mengaburkan sejarah bangsa itu sendiri.
Kedua, dengan menghancurkan bukti-bukti sejarah bangsa, dan yang ketiga adalah dengan memutuskan hubungan mereka dengan para leluhur dengan mengatakan bahwa leluhur mereka bodoh dan primitif.
“Soal menjaga dan merawat sejarah bangsa ini penting dilakukan oleh kaum nasionalis yang aktif di GMNI. Mereka tidak boleh berhenti mengkaji sejarah bangsa sendiri sebagai bentuk menjaga kewaspadaan nasional demi keutuhan NKRI yang kita cintai,” kata Basarah. [WIS]