Koran Sulindo – Didampingi Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw, Ketua Umum PDI Perjuangan yang juga putri tertua Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, melepas Parade Pancasila di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (3/6). Parade ini diikuti ribuan peserta dari berbagai elemen masyarakat. Rutenya dimulai dari Jembatan Soekarno melewati Jalan Piere Tendean, dan berakhir di Lapangan Megamas.
Dalam sambutannya, Megawati antara lain mengucapkan beribu terima kasih kepada seluruh warga Sulawesi Utara yang masih tetap setia dan cinta kepada Pancasila. Ia juga mengatakan, dirinya secara khusus telah meminta kepada Presiden Joko Widodo agar sejarah lahirnya Pancasila dimasukkan kembali ke kurikulum pendidikan. “Secara khusus, saya minta kepada Presiden Joko Widodo. Pasca-ditetapkannya 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila dan libur nasional, di bidang pendidikan, namannya sejarah lahirnya Pancasila harus dimasukkan kembali ke kurikulum pendidikan,” ujar Megawati.
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, lanjutnya, membuat bangsa Indonesia menjadi kesatuan seperti magnet. Megawati pun meminta bangsa Indonesia memperkuat kebhinnekaan untuk memberi tahu pihak yang ingin membelokkan sejarah bangsa karena ketidaktahuan menimbulkan perdebatan.
Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara dan aturan negara harus ditaati bangsa Indonesia. “Tanpa Pancasila, kita tidak akan memiliki bangsa dan negara Indonesia,” kata Megawati.
Sebelumnya, dalam Jeju Forum for Peace and Prosperity di International Convention Center Jeju, Korea Selatan, 1 Juni 2017, Presiden Kelima Republik Indonesia itu juga mengajak seluruh dunia, khususnya negara-negara Asia, untuk menerapkan semangat yang terkandung dalam Pancasila untuk menyelesaikan persoalan yang kini terjadi di dunia. “Pancasila adalah pemandu secara spiritual, politik, ekonomi, dan lain-lain. Pancasila dapat diimplementasikan secara internasional untuk mencari solusi kehidupan bersama,” kata Megawati, yang menjadi pembicara kunci di forum tersebut.
Melalui pidato Presiden Soekarno pada 1 Juni 1945, tambahnya, Pancasila lahir. Dalam gagasan Soekarno, Pancasila berarti lima prinsip yang menjadi dasar Republik Indonesia. Pertama, kata Megawati, percaya kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan dapat dilakukan dengan saling menghormati satu sama lain.
Kedua: kemanusiaan yang berkeadilan. Melalui prinsip kedua ini, Indonesia berkomitmen terhadap keadilan dan kesejahteraan, tidak hanya untuk rakyat Indonesia, namun juga untuk negara lain. Ketiga: persatuan Indonesia. Ini, ungkap Megawati, dapat diinterpretasikan secara internasional, agar seluruh negara di dunia bersatu untuk menciptakan perdamaian. Keempat: diskusi dan demokrasi mufakat. Dalam konteks ini, demokrasi bukan monopoli, namun milik rakyat seutuhnya. Kelima: keadilan sosial, yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial.
Ditegaskan pula oleh Megawati, lima butir Pancasila itu dapat menjadi pedoman guna mewujudkan perdamaian dunia. “Saya percaya, tidak ada di antara kita yang ingin mewariskan konflik kepada generasi muda,” tutur Megawati.
The Jeju Forum for Peace and Prosperity yang diselenggarakan 31 Mei-2 Juni 2017
Lalu dihadiri delegasi lebih dari 70 negara, yang terdiri dari politisi, birokrat, diplomat, akademisi, wirausaha, wartawan, dan perwakilan lembaga internasional. Ada 71 sesi pertemuan dalam forum tersebut. [NYO/CHA]