Koran Sulindo – Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, mengajak seluruh warga negara Indonesia yang setia pada Pancasila bangkit membela di tengah maraknya kekuatan intoleran.
“Sudah saatnya silent majority bersuara dan menggalang kekuatan bersama,” kata Megawati, dalam pudato HUT PDIP ke-44, di JCC Jakarta, Selasa (10/1).
Megawati percaya mayoritas rakyat Indonesia mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
“Maka kita akan bersama-sama terus berjuang, pasti mampu membuktikan pada dunia, bahwa Pancasila mampu menjadikan keberagaman sebagai kekuatan untuk membangun kehidupan yang berperikemanusiaan dan berperikeadilan,” katanya.
Menurut Megawati, bangsa Indonesia sedang berada dalam struggle to survive’, dalam perjuangan untuk bertahan.
“Bertahan secara fisik dan mental! Bertahan agar tetap hidup, secara badaniah dan mental,” kata Megawati.
Megawati menyeru menghadapi tantangan-tantangan yang ada dengan kekuatan gotong royong sebagai kepribadian bangsa.
“Berderaplah terus menuju fajar kemenangan sebagai bangsa yang sejati-jatinya merdeka.”
“Dengan ridho Tuhan, saatnya kita gegap gempitakan kembali segala romantika dan dinamika, dentam-dentamkan segala hantaman, gelegarkan segala banting tulang, angkasakan segala daya kreasi, tempa segala otot-kawat-balung-wesinya. Sungguh kita adalah bangsa berkepribadian Banteng.”
“Ayo maju terus, Jebol terus.”
“Hiduplah menyerempet bahaya di jalan Tuhan. Ever onward, Never retreat. Kita pasti menang,” kata Megawati.
Siap Kawal Perjuangan Bangsa
Dalam pidato politik tersebut, Megawati tak hanya membacakan teks yang telah disiapkan, tetapi juga berbicara di luar teks pidato. Dalam pidato di luar teks, Megawati menyatakan kader PDIP selalu siap mengawal perjuangan bangsa bersama pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat.
Pidato politik Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri itu disampaikan pada peringatan HUT ke-44 partai tersebut. Acara yang digelar di di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (10/1), dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi), Wapres Jusuf Kalla, jajaran pimpinan lembaga negara, elite partai politik, dan menteri Kabinet Kerja.
“Pak Presiden dan Pak Wapres, kalau ada yang macam-macam dengan NKRI dan Pancasila, kasih tahu kami. PDIP selalu siap mengawal perjuangan bangsa ini bersama pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat,” kata Mega.
Presiden Joko Widodo langsung berdiri dan memberi hormat.
Demokrasi Pancasila
Dalam pidato politik bertajuk “Rumah Kebangsaan untuk Indonesia Raya” itu Megawati menegaskan Indonesia adalah negara demokrasi yang menganut Pancasila sebagai “the way of life bangsa.” Pancasila telah mematrikan nilai-nilai filosofis ideologis agar anak bangsa tidak kehilangan arah dan jati diri bangsanya.
“Dengan saling hormat menghormati satu dengan yang lain, dengan tetap tidak kehilangan karakter dan identitas sebagai bangsa Indonesia,” katanya.
“Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab, kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. “Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini,” kata Mega mengutip pernyataan dalam salah satu pidato Soekarno.
Penghargaan pada Kader
Megawati mengawali pidato politiknya dengan memberikan penghargaan pada 3 kader PDIP yang berjasa membangun partai. Ketiga tokoh itu adalah almarhum Jacob Nuwa Wea, Alex Litaay, dan Mangara Siahaan.
“Terima kasih kepada mereka yang dengan setia membangun partai. Dalam berbagai situasi, mereka selalu ada di setiap waktu, ketika partai dalam posisi sulit,” kata Megawati.
Megawati mengatkan ke-3 tokoh itu menunjukkan darma baktinya kepada Ibu Pertiwi dan setia memperlakukan PDI Perjuangan sebagai partai ideologis dengan ideologi Pancasila 1 Juni 1945. [CHA/DAS]