Koran Sulindo – Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri pada perayaan Hari Pahlawan 10 Nevember berkisah dengan para mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (AS). Megawati mengungkapkan bagaimana orang muda Indonesia cenderung kurang mau membaca dan belajar dari pengalaman pahlawan serta sejarah perjuangan bangsa di masa lalu.
Kala itu Megawati, saat berkunjung ke AS, diajak berdebat oleh para pemuda Indonesia yang belajar di sana. Topiknya adalah soal Pancasila. Megawati menerima tantangan itu, dengan satu syarat. Bahwa mereka harus terlebih dahulu membaca sejarah lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945.
“Mereka datang beberapa orang sebagai perwakilan, terdiam. Saya tahu mereka pasti belum baca. Jadi saya bilang, kalau nanti kita mau debat, kalian belum baca, namanya debat kusir, koprol bambu, saya tidak bersedia,” kata Megawati dalam webinar bertajuk Dialog Kebangsaan: Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial yang digelar oleh Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selasa (10/11).
Bahkan Megawati menginformasikan para mahasiswa itu bisa mencari informasi ke University of Hawaii.
“Saya bilang coba datang ke situ, kamu cari, kamu baca. Saya janji kalau saya ke Amerika lagi, jemputlah saya dengan perjanjian kamu sudah baca,” kata Megawati.
Di kesempatan berikutnya ke AS, justru Megawati yang mengontak para mahasiswa itu. Dan ketika diajak berdebat, para mahasiswa sudah lebih memahami falsafah bangsa tersebut.
“Ayo apa yang kamu tanyakan kepada saya? Mereka bilang begini. Enggak jadi Bu, kita enggak usah debat. Lah kenapa? Karena kami sudah mengerti apa maksud dan isi pidato itu. Jadi? Ya seharusnya seperti itu,” kata Megawati.
“Itulah yang saya maksud mengapa semangat Hari Pahlawan ini tidak hanya simbolik, tapi harus diceritakan, diberikan sebuah sejarah dari negara kita, tapi tentunya dengan tidak ada pemutarbalikan,” kata Megawati.
“Banyak sekali bukti otentik yang bisa kita daparkan di Arsip Nasional dan lain sebagainya. Sehingga para pemuda kita sekarang mengerti bagaimana jalan pemikiran, bukan hanya Bung Karno saja sebagai prokamator, tapi para pemimpin bangsa yang lain,” kata Megawati.
Bagi Ketua Umum PDI Perjuangan itu, peringatan Hari Pahlawan adalah momen mengajak untuk melihat perjuangan anak-anak bangsa mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diraih. Menurut dia, momentum mempertahankan kemerdekaan Indonesia, itu digaungkan oleh para santri pada 22 Oktober 1945, dengan semangat mencintai Tanah Air sebagian dari iman (hubbul wathon minal iman).
“Semangat hubbul wathon minal iman oleh para santri melalui revolusi jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 menjadi api semangat bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” kata Megawati.
Semangat inilah, kata Megawati, membawa sampai ke Surabaya, tepatnya di Hotel Yamato. Di mana para pemuda dengan gagah berani naik ke puncak gedung tertinggi, merobek warna biru pada bendera Belanda. Bendera tersisa dijadikan sang saka merah putih.
“Generasi muda mestinya mengetahui heroiknya sejarah tersebut,” ujar Megawati.
Karena itu, ia mengusulkan untuk semua pihak memutarkan kembali film-film dokumenter. Tujuannya agar generasi muda sekarang bsia membayangkan bagaimana sebenarnya perjuangan para pemuda di era kemerdekaan itu.
“Sehingga anak keturunan kita tetap mengerti bahwa mengapa Hari Pahlawan ini disebut Hari Pahlawan. Terbayangkankah kalau sekiranya kita merdeka itu dengan diberi? Saya kira tidak akan ada namanya pahlawan,” tutur Megawati. [CHA]