Bali – Ketua Umum PDI Perjuangan, Prof. Dr. (H.C.) Megawati Soekarnoputri, menekankan urgensi bagi seluruh kader partai untuk memahami dinamika geopolitik global. Hal tersebut disampaikannya dalam pidato penutupan Kongres VI PDI Perjuangan yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Sabtu (2/8).
Dalam pidatonya, Megawati menyinggung tayangan dokumenter yang diputar di hadapan peserta kongres. Ia menjelaskan bahwa dalam video tersebut terdapat cuplikan momen dirinya menghadiri Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 bersama Presiden Soekarno, yang tak lain adalah ayahnya.
“Umur saya baru 14 tahun, diajak oleh bapak saya untuk ikut yang namanya Konferensi Asia Afrika, untuk gerakan non-blok. Jadi, kalau bisa dilihat, waktu itu masih ada Pak Nasir, Nehru, dan lain sebagainya,” kata Megawati mengisahkan pengalaman awalnya dalam kancah politik internasional.
Sebagai Presiden Kelima RI, Megawati juga mengingatkan pentingnya semangat para pemimpin dunia yang pernah tergabung dalam Gerakan Non-Blok. Menurutnya, jika warisan pemikiran itu tidak lagi menjadi pijakan perjuangan, maka generasi saat ini perlu mempertanyakan arah perjuangannya.
Dalam konteks dunia saat ini, Megawati menyoroti ketegangan yang terjadi di kawasan Timur Tengah, terutama yang melibatkan Iran dan Israel. Ia mengatakan telah berdiskusi dengan Zuhairi Misrawi untuk mendapatkan informasi langsung mengenai situasi di sana.
“Tadi saya panggil Pak Zuhairi. Saya tanya bagaimana keadaan di Timur Tengah. Dia mengatakan bahwa keadaannya tidak begitu baik. Yang saya amati terus adalah situasi antara Iran yang seolah-olah mau digempur oleh Israel,” ujarnya.
Kekhawatiran terbesar Megawati terletak pada potensi gangguan di jalur vital perdagangan minyak dunia.
“Kekhawatiran saya yang paling besar adalah kalau Selat Hormuz itu sampai ditutup. Nah, hal-hal seperti ini jangan kalian pikir pendek. Ibu ini ngapain sih ngomongin urusan luar negeri,” katanya menirukan komentar yang kerap ia dengar.
Megawati menegaskan bahwa isu global semacam itu memiliki dampak langsung bagi rakyat Indonesia.
“Kita mesti lihat, adakah dampaknya kepada Indonesia? Sangat. Karena kalau Selat Hormuz ditutup, itu yang saya khawatirkan. Kita bisa kena dampaknya apa? Harga minyak bisa naik. Ini harus betul-betul dipelajari. Orang partai harus tahu dan paham,” tegasnya.
Ia pun mengajak seluruh kader PDIP untuk tidak bersikap apatis terhadap perkembangan global. Menurutnya, pemahaman geopolitik merupakan bekal penting untuk menjaga stabilitas nasional di tengah tantangan internasional yang terus berkembang. [KS]




