Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri nyekar di makam Bung Karno bersama calon kepala daerah yang diusung PDIP/pdiperjuangan-jatim.com

Koran Sulindo – Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menginginkan ketiga pasangan calon yang bersaing pada Pilkada DKI saling adu program, ketimbang menampilkan isu suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA).

“Spesial untuk DKI, saya sudah melihat ada gejala bahwa salah satu isu yang terus-menerus ditampilkan adalah isu SARA,” kata Megawati, seusai berziarah ke makam Bung Karno di Kota Blitar, Senin (10/10) lalu.

Presiden Kelima RI itu mengingatkan, Indonesia punya Pancasila yang mengajarkan toleransi atas perbedaan agama dan suku. Karena itu, Megawati mewanti-wanti ke media agar tidak ikut mengipasi isu SARA.

“Kalau media ikut melakukan demikian, merupakan kemunduran demokrasi Indonesia yang berjalan sudah baik,” katanya.

Berhenti Melayani Wawancara Doorstop

Dalam kesempatan itu Megawati juga mempertanyakan mengapa tidak sedikit orang kerap memberikan sentimen emosional terhadap pernyataan Ahok.

“Banyak orang memberikan sentimen emosional, untuk mengatakan pak Ahok itu mulutnya agak kelewatan. Lalu saya bilang, sampai ke level presiden, saya bilang ke pak Jokowi, kalau pak Ahok mulutnya tidak begitu, dia bukan orang Bangka,” kata Megawati.

Menurut Megawati, setiap suku memiliki ciri khas masing-masing.

“Kalau Jawa memang halus, tapi orang sebelah sana biasanya ya begitu kan. Kalau saudara-saudara ada yang dari Batak, kalau nyanyi juga kan kayak teriak-teriak. Jadi kenapa dimasukkan ke sentimen negatif,” katanya.

Megawati mengaku telah meminta Ahok berhenti melayani permintaan wawancara “doorstop” dari awak media, lantaran kerap dijadikan sentimen negatif.

“Saya bilang ke pak Ahok kalau ada doorstop tidak usah ngomong, karena itu titipan dari wartawan-wartawan yang ada, yang dimasukannya negatif terus,” kata Megawati.

Tradisi

PDI Perjuangan mengajak para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusungnya pada pilkada serentak 2017 berziarah ke makam Presiden Pertama RI itu diikuti 6 pasangan calon gubernur, yaitu Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat (DKI Jakarta), Rano Karno – Embay Mulya Syarief (Banten), Hana Hasanah – Tony Yunus (Gorontalo), Rustam – Irwansyah (Bangka Belitung), Ali Baal Masdar (Sulawesi Barat), dan Dominggus Mandacan (Papua Barat).

PDI Perjuangan mengharapkan agar semua kepala dan wakil kepala daerah yang diusung dapat menghayati dan menerapkan kepemimpinan yang sesuai dengan kepribadian Indonesia, yang benar-benar mengerti dan memahami sejarah dan jiwa bangsanya serta tahu arah dan tujuan yang hendak dicapai.

Menurut Wakil Sekjen Achmad Basarah, ziarah ke makam Bung Karno adalah tradisi yang selama ini dilakukan Megawati dan keluarga besar PDI Perjuangan. Ziarah itu biasanya dilakukan pada momentum keagamaan seperti akan memasuki bulan suci Ramadan dan Idul Fitri, maupun saat akan menghadapi momentum penting hajatan nasional seperti pemilu.

Kehadiran para calon gubernur dan wakil gubernur dalam acara ziarah juga untuk mengingatkan mereka semua agar dalam mengikuti proses pilkada nanti tidak menggunakan cara-cara yang tidak sesuai kepribadian bangsa Indonesia. Apalagi menggunakan cara cara yang dapat merusak eksistensi dan keutuhan NKRI seperti mengeksploitasi isu SARA.

Yang lebih penting lagi, menurut Basarah, agar para calon gubernur dan wakil gubernur tersebut, termasuk Ahok, jika kelak terpilih dan menjadi kepala dan wakil kepala daerah benar-benar dapat menjadi pemimpin yang menjaga dan mengimplementasikan amanah dan ajaran-ajaran Bung Karno.

“Khususnya untuk menciptakan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial yang berdasarkan Pancasila melalui haluan politik Trisakti,” kata Sekretaris Dewan Pembina Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) itu. [CHA/DAS]