Koran Sulindo – Megawati Soekarnoputri banyak bercerita tentang Bung Karno, Presiden Amerika Serikat John F Kennedy (JFK), dan pemimpin besar Vietnam Ho Chi Minh, ketika memberikan sambutan dalam acara peluncuran Buku Seri Historia, di Museum Nasional, Jakarta, hari ini.
Buku karya Bonnie Triyana itu terdiri atas tiga seri, “Mengincar Bung Besar: Tujuh Upaya Pembunuhan Presiden Soekarno”; “Ho Chi Minh & Soekarno: Kisah Perjuangan Ho Chi Minh Memerdekakan Bangsa Vietnam dan Persahabatannya dengan Presiden Soekarno”; dan “Kennedy & Soekarno: Mengungkap Berbagai Teori Pembunuhan John F. Kennedy dan Kisah Persahabatannya dengan Presiden Soekarno”.
Peluncuran buku itu juga dimeriahkan diskusi dengan pembicara Daniel Dhakidae, Yosef Djakababa, dan Andina Dwifatma.
Presiden RI Kelima itu menceritakan pengalamannya ketika masih berusia 14 tahun mengikuti kunjungan bapaknya, Presiden Soekarno ke AS. Ia ikut dalam rombongan delegasi Indonesia di Konferensi Gerakan Non-Blok di Beograd, Yugoslavia pada 1961 itu. Seusai konferensi, Bung Karno mewakili gerakan non blok berangkat ke AS, menjelaskan hasil pertemuan ke JFK; yang lain ke Uni Soviet.
Menurut Megawati, Kennedy orangnya ganteng, hangat, dan mudah akrab. Ia mengingat JFK mengajak Bung Karno berbincang hanya berdua di kamar pribadinya di lantai Gedung Putih. Soekarno berharap Kennedy dan Amerika Serikat bisa mengerti apa yang diinginkan oleh negara-negara yang baru merdeka.
“Saya tanya ke ayah saya, apa yang dibicarakan? Banyak hal katanya, kata Kennedy saat itu dia mengerti dengan negara-negara yang baru merdeka,” katanya.
Menurut Ketua Umum PDI Perjuangan itu Kennedy sangat terasa bukan koboi Amerika.
“Saya bisa membedakan, kalau mereka yang datang dari partai Republik itu kesannya ada nuansa koboi, kalau Demokrat itu ada nuansa humanis,” katanya.
Megawati mengatakan Bung Karno sangat sedih ketika tahu JFK dibunuh.
“Tapi sayangnya ada pembunuhan terhadap beliau, ayah saya sangat sedih,” katanya.
Baca juga: Kisah John F Kennedy dan Mentornya dari Indonesia
Megawati juga menceritakan kedekatan bapaknya dengan JFK. Bung Karno mengatakan JFK peduli dengan kondisi negara-negara yang baru merdeka dan berkembang.
Sandal Ho Chi Minh
Megawati juga menceritakan pertemuanya dengan pemimpin legendaris Vietnam, Ho Chi Minh. Megawati mengakui sejak kecil selalu dibiasakan berpakaian rapi dan lengkap dengan sepatu karena tinggal di Istana. Ia terkejut saat melihat Ho Chi Minh hanya bersandal.
“Bak Ho — paman dalam bahasa Vietnam — datang, dan saya langsung berbisik ke ayah saya, ‘kenapa Bak Ho itu memakai sandal?'” katanya.
Soekarno berbisik menjawab Megawati kecil.
“Kata ayah saya, jangan keras-keras ngomongnya!” katanya.
Ia tak menghiraukan teguran itu, malah menghampiri Ho dan menanyakannya langsung.
Ho langsung memeluk dan memangkunya.
“Nanti ya kalau Vietnam itu sudah menang, kamu kirimkan sepatu buat saya,” kata Megawati menirukan perkataan Ho saat itu.
Kenangan itu terus teringat Megawati hingga kini. Tak hanya soal janji mengirimkan sepatu, Megawati masih mengingat karakter Ho yang kharismatik.
“Sangat sabar, cinta anak-anak, dan dihormati,” katanya.
Turut hadir dalam acara ini Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, dan mantan Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat.
Percobaan Pembunuhan kepada BK
Megawati juga bercerita peristiwa granat Cikini pada 30 November 1957. Percobaan pembunuhan itu terjadi di Perguruan Cikini, Jakarta Pusat.
“Saat itu ada acara ulang tahun sekolah. Kebetulan saya mendapat tugas menjaga pameran, kakak saya bertugas menjaga permainan. Ayah saya datang sebagai orangtua murid, bukan sebagai presiden,” katanya.
Granat itu gagal membunuh BK, namun jatuh korban tewas dan ratusan luka-luka, kebanyakan murid Percik.
“Peristiwa ini tidak akan pernah terlupakan, karena korbannya dari kawan-kawan saya saja ada 100 orang, baik yang meninggal dunia, luka parah, maupun luka ringan. Beberapa bahkan cacat seumur hidup,” kata Megawati.
Menurut Megawati, pelaku teror itu gagal membunuh BK, karena ketika pulang meninggalkan sekolah ia dikerubuti anak-anak.
“Dipeluk oleh anak-anak, ya kira-kira seperti Pak Jokowi sekarang ini, sering diminta selfie. Di situlah mereka melihat hal berbeda dari yang selama ini didoktrinkan ke mereka, sehingga tergugah dan detik-detik itu terlewati, justru yang kena dan jadi korban teman-teman saya. Kalau tepat waktu, bisa yang kena ayah saya,” katanya.
Megawati mengharapkan berharap buku-buku tentang sejarah lebih banyak lagi diterbitkan.
“Banyak sekali peristiwa-peristiwa sejarah yang dikhawatirkan hilang jika tidak ditulis,” kata Megawati. [CHA/DAS]