Maulid Nabi Harus Dijadikan Momentum untuk Bersatu

Ilustrasi: Ketua Umum DPP PA GMNI Ahmad Basarah/CHA

Koran Sulindo – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW harus dijadikan momentum bagi umat Islam dan seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu. Terlebih, berbagai persoalan tengah dihadapi bangsa Indonesia khususnya pandemi virus corona atau Covid-19.

“Kita membutuhkan persatuan untuk bangkit melawan Covid ini, jangan kita bercerai-berai,” kata Ketua Umum Baitul Muslimin Hamka Haq dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan Baitul Muslimin PDI Perjuangan secara virtual, Kamis (29/10). malam.

Sementara, Dewan Pembina Baitul Muslimin Ahmad Basarah mengatakan, pihaknya selalu mendapat tugas dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk selalu menjaga syiar Islam dalam satu tarikan napas dengan syiar kebangsaan dalam tugas sehari-hari berorganisasi.

Termasuk, kata Basarah, acara Maulid Nabi ini, meski yang hadir secara fisik dibatasi jumlahnya tidak mengurangi khidmat perayaan Maulid Nabi.

Karena teladan Nabi Muhammad SAW ialah mengutamakan persatuan, toleransi, perdamaian dan saling hormat-menghormati terlepas apa pun latar belakangnya.

Piagam Madinah, lanjut Basarah, merupakan bukti yang ditinggalkan Nabi Muhammad untuk merekat persatuan antarumat beragama di Madinah.

“Pada saat itu agama-agama seperti Yahudi, Kristen, dan suku-suku lain saling bertikai, kemudian Nabi Besar Muhammad SAW membawa konsep atau platform yang bisa menyatukan mereka semua,” ucap Basarah.

Yang akhirnya, lanjut Basarah, Piagam Madinah itu diterima, karena kemudian di dalamnya mengandung prinsip saling hormat-menghormati di antara agama-agama dan suku-suku yang ada di sana,” ujar Basarah.

Sedangkan, Habib Hamid bin Jafar Alqadri yang memberikan tausiah pada acara itu mengatakan, ajaran Nabi Muhammad SAW sangat mengutamakan prinsip persatuan serta perdamaian dalam menyampaikan dakwah dan menjalankan tugas syiar Islam.

“Hal yang paling sederhana ialah menjadikan senyum bernilai ibadah,” kata Habib Hamid.

Habib Hamid mengisahkan Nabi Muhammad SAW berhasil mempersatukan seluruh suku dan agama. Yang tadinya tercerai berai, tidak menikmati persatuan, tetapi di bawah Nabi Muhammad SAW, mereka akhirnya mengenal ukhuwah atau persatuan.

Pada saat itu pula, kata Habib Hamid, ada kelompok yang ingin memecah-belah persatuan itu dengan fitnah, politik identitas dan permusuhan.

Nabi Muhammad, lanjut Habib Hamid, lalu menanyakan kepada mereka semua apakah ingin kembali ke zaman primitif.

“Allah SWT kemudian menurunkan Al Quran, ayat-ayatnya tentang ingatlah nikmat Allah. Ingat persatuan adalah kenikmatan yang sangat besar, tanpa persatuan tidak bisa adanya bangsa,” kata Habib Hamid.

Di Indonesia, kata Habib Hamid, dikenal dengan Pancasila dan UUD 1945. Itu semua semata-semata untuk menikmati segala hal Allah SWT yang berikan.

“Perihal nikmat persatuan harus kita jaga, kita pelihara bersama-sama atas dasar lailaha illallah dengan mengedepankan akhlakul karimah,” ujar Habib Hamid.

Habib Hamid berharap jangan sampai hal yang sepele membuat persatuan NKRI terpecah. Semua harus didiskusikan agar persatuan itu tetap berjalan.

“Nabi Muhammad SAW juga meminta umatnya tentang pentingnya tabayun atas informasi yang ada,” ungkap Habib Hamid. [WIS]