Koransulindo – Polda Metro Jaya meminta agar para pelaku yang ikut melakukan pengeroyokan terhadap anggota TNI di Arundina, Jakarta Timur segera menyerahkan diri. Terlebih, saat ini mereka masuk daftar pencarian orang.

“Kami menghimbau kepada para DPO itu untuk segera menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya atau Kepolisian Resort Metro Jakarta Timur, sebelum kami melakukan penangkapan,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono di Jakarta, Kamis (13/12).

Para pelaku yang masuk DPO yakni dua laki-laki IH (21) dan D (35), serta satu perempuan SR (23). SR, lanjut Argo merupakan istri dari pelaku IH. Dia diduga terlibat aksi pengeroyokan terhadap TNI.

“Tersangka SR juga ikut mendorong dan diduga melakukan pemukulan,” ujar dia.

Pihak kepolisian dalam menyelidiki kasus ini pun telah menyebarkan ciri-ciri SR sebagaimana diumumkan kepolisian, berambut ikal, kulit berwarna kuning langsat, bentuk wajah oval dan beragama Kristiani.

Sementara, IH, suami SR, memiliki ciri-ciri kulit berwarna sawo matang, rambut hitam, ikal, cenderung lebat, wajah berbentuk persegi, dan beragama Kristiani.

Sedangkan D memiliki ciri-ciri kulit berwarna kuning langsat, rambut berwarna hitam, pendek dan lurus, mata cenderung sipit, beragama Islam. “Bagi masyarakat yang melihat tersangka agar menghubungi nomor 0812-131-2006,” ujar dia.

Dalam kasus pengeroyokan anggota TNI ini, kepolisian telah menangkap dua tersangka AP (32) dan HP alias E (28) di kediaman masing-masing, Rabu (12/12).

AP, menurut Kombes Pol Argo, berperan menarik pakaian korban dari belakang. Tersangka itu turut memegangi Kapten TNI AL Komarudin dari belakang.

Sementara itu, HP alias E diduga menggeser motor hingga mengenai korban dan mendorong dada Prajurit Satu Rivo Nanda ini. Pengeroyokan bermula dari perselisihan antara HP dengan Kapten Komarudin di sebuah lahan parkir di kawasan Arundina, Cibubur, Jakarta Timur.

Perselisihan kemudian meluas hingga ke juru parkir lain dan turut melibatkan Pratu Rivo yang pada saat kejadian berusaha melerai sebagai korban.

Pasca perkelahian itu, ratusan oknum yang diduga anggota TNI pun mendatangi Mapolsek Ciracas menuntut tersangka segera ditangkap.

Solidaritas TNI terpanggil, ketika mereka mendatangi TKP kejadian pengeroyokan untuk menunggu para kawanan tukang parkir pelaku pengeroyokan. Ratusan anggota berbaju preman itu lantas mendatangi Polsek Ciracas untuk mengusut para pelaku pengeroyokan. Lambatnya penanganan kasus pengeroyokan itu membuat massa marah.

Perkembangan selanjutnya, Mapolsek Ciracas dibakar dan dirusak massa massa pada 11 Desember 2018 malam. Akibat peristiwa itu empat polisi menjadi korban, termasuk Kepala Polsek Ciracas Komisaris Agus Widartono. Selain itu, sebanyak 16 mobil juga rusak oleh massa.

Sementara pelaku pengeroyokan masih dikejar polisi, kabar pelakunya adalah anggota TNI belum bisa dipastikan.

Hal itu dikatakan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Mohammad Iqbal

Iqbal juga meminta agar informasi bahwa pelakunya adalah anggota TNI tak disebarluaskan. “Banyak informasi yang belum bisa dipertanggungjawabkan. Kami minta agar informasi tersebut tidak lagi disebarluaskan,” kata Iqbal seperti dikutip dari Tempo.co, Kamis (13/12)

Ia menyebut penyidik tim gabungan Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Timur masih menyelidiki siapa pelaku pembakaran Mapolsek Ciracas. Insiden itu mengakibatkan empat polisi menjadi korban, termasuk Kepala Polsek Ciracas Komisaris Agus Widartono. Selain itu, sebanyak 16 mobil juga rusak dikeroyok massa.

Iqbal juga menegaskan, adanya simpang siur soal dalang di balik insiden pembakaran ini tidak akan membuat sinergitas Polri-TNI goyah. “Polri-TNI tetap solid menjaga NKRI,” ucap dia. [TGU]