Ma’ruf Amin: Santri Milenial Jangan Pesimistik

Ilustrasi/Dokumentasi Tim Kampanye Nasional Jokowi-KH Ma'ruf Amin

Koran Sulindo – Para santri harus memiliki fighting spirit untuk membangun diri dan berprestasi demi Indonesia yang lebih baik dan jangan mau ditaklukkan pada pandangan pesimistik yang menyebut Indonesia akan bubar.

“Kita harus memanfaatkan milestones yang sudah disiapkan oleh Pak Jokowi. Kalau ini kita manfaatkan, Indonesia bisa tinggal landas,” kata Mustasyar PB Nahdatul Ulama (NU), KH Ma’ruf Amin, di hadapan santri dan ulama yang berkumpul untuk merayakan Hari Santri Nasional di Asrama Haji Kalimantan Tengah (Kalteng), Selasa (23/10/2018), melalui rilis media.

Menurut Kiai Ma’ruf, para santri harus bisa menjadi sumber daya manusia yang tangguh, memiliki kompetensi dan semangat tinggi dalam membangun Indonesia.

Ia lalu bercerita soal semangat tangguh para atlet Indonesia yang berlaga di Asian Games dan Asian Para Games 2018 lalu. Bahkan para atlet difabel, melampaui target raihan medali emas dengan fighting spirit yang tinggi, Indonesia di peringkat keempat.

Kiai Ma’ruf menuturkan, para santri harus menyiapkan diri ke depan dan mampu bersaing dan mengambil peran dalam pembangunan ekonomi nasional. Kiai Ma’ruf menganjurkan agar selain mampu membaca ayat Alquran, para santri harus bisa membaca tata kehidupan masyarakat.

“Para santri harus mampu membaca situasi, keadaan politik, ekonomi, dan sosial budaya. Bukan hanya membaca, tapi mencarikan solusi untuk menguraikan dan menyelesaikan problem di masyarakat. Santri milenial masa depan harus punya kemampuan dan semangat yang tinggi. Inilah yang harus kita bangun, jadikan inspirasinya dari Hari Santri ini,” katanya.

Setengah Baya

Pada bagian lain, Ma’ruf Amin, mengatakan dirinya adalah lelaki setengah baya, menurut standar World Health Organization (WHO).

Walaupun, awalnya, Kiai Ma’ruf bercerita bahwa banyak yang menyindirnya. Yakni sudah berusia tua namun bersedia jadi cawapresnya Jokowi. Kiai Ma’ruf yang didampingi Nyai Wury Estu Handayani, mengaku merasa geli ketika mendengar hal itu. Sebab sekalipun dirinya tak pernah mengaku bahwa dirinya masih berusia muda.

Kiai Ma’ruf mengatakan bahwa dirinya tak tua-tua amat, bila dibandingkan PM Malaysia Mahathir Muhammad. Untuk diketahui, pada usia 93 tahun, masih bisa menjadi seorang perdana menteri.

“Sementara saya baru 57. Eh 75,” ujarnya disambut tawa ribuan peserta acara.

Lalu Kiai Ma’ruf berkata, bahwa berdasarkan standar WHO, seseorang baru disebut berusia tua bila umurnya di kisaran 80-100 tahun. Sementara yang berusia 60-80 tahun, disebutnya setengah baya.

“Jadi kalau begitu saya belum tua, baru setengah baya, kalau menurut WHO,” kata Kiai Ma’ruf yang kembali disambut tawa.

Yang jelas, dia berharap pengalamannya menjadi seorang cawapres bisa menginspirasi para santri. Menurutnya, santri tak boleh merasa rendah diri, namun sebaliknya optimis untuk menatap masa depan.

Sebab santri bisa menjadi apa saja. Bisa menjadi kiai, pengusaha, pejabat pemerintahan, gubernur, wakil gubernur, dan calon wapres seperti dirinya.

“Bahkan bisa jadi presiden, sepeti Gus Dur. Karena itu santri jangan sampai merasa tidak bisa ya. Kita bisa jadi apa saja,” kata Kiai Ma’ruf. [CHA]