Manusia Purba Indonesia

PERIODE PRASEJARAH  adalah masa dimana manusia purba hidup yaitu ketika kehidupan manusia ada sebelum catatan aktivitasnya terdokumentasi yakni kira-kira dari 2,5 juta tahun yang lalu hingga 1.200 Sebelum Masehi.

Secara umum periode prasejarah atau pra-aksara ini dikategorikan dalam tiga periode arkeologi: Zaman Batu, Zaman Perunggu dan Zaman Besi.

Sedangkan zaman batu oleh J.A. Brown pada tahun 1892, dibagi menjadi beberapa periode yaitu: Zaman Paleolitikum (zaman batu tua), Zaman Mesolithikum (zaman batu tengah), Zaman Neolithikum (zaman batu muda). Era ini ditandai dengan penggunaan alat oleh nenek moyang manusia purba (yang berevolusi sekitar 300.000 SM).

Manusia Purba di Indonesia

Penelitian fosil manusia purba di Indonesia pertama kali dilakukan oleh B.D van Rietschoten pada tahun 1890 saat ia menemukan tengkorak manusia di daerah Wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Riset tentang manusia purba di Indonesia lantas dilanjutkan oleh Von Koenigswald di tahun 1931-1933.

Di Indonesia penemuan manusia purba pertama sekali ditemukan di wilayah Jawa, khususnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Manusia purba di Indonesia telah ada sejak zaman kuarter.

Bukti-bukti otentik yang menguatkan keberadaan manusia purba khususnya Indonesia, mulai dari fosil, ukiran, alat-alat rumah tangga, dan sebagainya. Selain itu telah kita ketahui juga banyak para peneliti yang berhasil menemukan fosil-fosil manusia purba di Indonesia terutama di pulau Jawa.

Fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu meganthropus paleojavanicus, pithecanthropus, dan homo erectus.

Jenis Manusia Purba di Indonesia

Menurut situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), terdapat 8 jenis manusia purba yang fosilnya sudah ditemukan di Indonesia. Sebagai berikut:

Meganthropus Palaeojavanicus. Manusia purba ini memiliki ciri rahang tegap bergeraham besar, tulang pipi tebal, kening menjorok ke depan, dengan kepala belakang yang menonjol. Manusia purba jenis ini belum memiliki tulang dagu, dan otot tengkuk cukup kuat. Ditemukan pada tahun 1936-1941 di Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Pithecanthropus Mojokertensis. Ciri dari manusia purba ini yaitu tinggi badan sekitar 165-180 cm, tegap, gigi kuat, tulang kening tebal menonjol lalu melebar sampai pelipis, belum punya tulang dagu, ada tulang yang menonjol di kepala belakang, dan volume otaknya diperkirakan 750-1.300 cc. Ditemukan di Desa Perning, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Pithecanthropus Erectus. Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di lembah Bengawan Solo, Desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Pithecanthropus Erectus selama ini dianggap sebagai spesies awal di tahap evolusi manusia. Memiliki tinggi 160-180 cm, tetapi sedikit lebih kecil dari Pithecanthropus Mojokertensis. Rahangnya menonjol ke depan, ada tonjolan kening di dahi, tidak punya dagu, hidung lebar, dan leher tegap, menjadi ciri-cirinya yang lain.

Pithecanthropus Soloensis. Fosil ini ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald, Ter Haar, dan Oppenoorth di Desa Ngandong, Jawa Tengah. Arti nama Pithecanthropus Soloensis adalah manusia kera dari Solo. Ciri-cirinya: tengkorak lonjong tebal, dan padat, serta memiliki rongga mata cukup panjang.

Homo Wajakensis. Fosil manusia purba jenis ini ditemukan Van Rietschoten pada tahun 1889. Tempat penemuannya di Desa Wajak, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Cirinya adalah memiliki tulang tengkorak, rahang atas, dan rahang bawah, serta tulang paha dan tulang kening. Otaknya bervolume sekitar 1.630 cc. Mukanya terlihat datar dan lebar. Selain itu, manusia purba ini memiliki rahang padat dan gigi besar. Manusia Wajak hidup antara 40.000-25.000 tahun yang lalu.

Homo Floresiensis. Fosil manusia purba Homo Floresiensis ditemukan di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. ditemukan di sebuah situs gua bukit karst di Flores, Kabupaten Manggarai, NTT, yang bernama Liang Bua. Karena tubuhnya mini, Homo Floresiensis kerap dijuluki manusia hobbit. Ciri-ciri dari Homo Floresiensis adalah memiliki tinggi satu meter, dahi sempit tidak menonjol, tengkorak kecil,dan tulang rahang menonjol.

Homo Soloensis. Ditemukan pada tahun 1931-1933 di Desa Sangiran, Kabupaten Sragen. Diperkirakan manusia purba ini hidup pada 300-900 ribu tahun lalu. Ciri yang terlihat adalah tinggi badan mencapai 210 cm, struktur tulang wajah tidak mirip dengan manusia kera, dan volume otaknya dari 1.000 cc sampai 1.300 cc.

Homo sapiens. Jenis ini mendapat sebutan manusia cerdas. Volume otaknya mencapai 1.350-1.450 cc. Tinggi badannya antara 130-210 cm, dengan berat badan 30-150 kg. Diperkirakan homo sapiens hidup sejak 25.000-40.000 tahun lalu. Ditemukan di beberapa lokasi di Indonesia.

Homo erectus dan homo sapiens mempunyai morfologi yang berbeda. Kerangka Homo erectus lebih kekar dan kompak daripada Homo sapiens. Ini mengindikasikan, secara fisik, Homo sapiens lebih lemah dibanding Homo erectus.

Pola Hidup Manusia Purba Indonesia

Pola hidup manusia purba dapat diketahui dengan menilai peralatan yang digunakan pada masa itu. Berdasarkan penelitian atas fosil-fosil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) Manusia purba belum mengenal yang namanya bercocok tanam atau dunia agraris. Mereka memperoleh makanan langsung dari alam, baik dengan jalan berburu, mengambil buah-buahan yang ada, dan sebagainya. (2) Manusia purba masih tinggal secara nomaden atau tinggal dengan berpindah-pindah baik secara berkelompok maupun sendiri-sendiri. [S21]