Koran Sulindo – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dituduh bertanggung jawab atas perintah pembunuhan atas Presiden Venezuela Nicolas Manduro.
Tuduhan tersebut disampaikan Manduro sendiri saat diwawancarai harian Rusia, Ria Novosti.
Ia menyebut, Trump telah meminta pemerintah Kolombia dan mafia untuk melakukan pembunuhan tersebut.
“Donald Trump tanpa ragu memberikan perintah untuk membunuh saya dan telah mengatakan kepada pemerintah Kolombia dan mafia Kolombia untuk membunuh saya,” kata Maduro dalam wawancara itu, Rabu (30/1).
“Jika sesuatu terjadi pada saya suatu hari, Donald Trump dan Presiden Kolombia Ivan Duque adalah orang yang harus bertanggung jawab,” kata dia.
Meski begitu, Maduro mengaku dirinya tetap merasa tenang karena mempunyai dinas intelijen yang bagus dan dilindungi oleh rakyat Venezuela.
Dalam wawancara itu Maduro juga berjanji Venezuala bakal tetap menghormati utangnya kepada Rusia dan China.
Sementara meskipun menganggap Manduro sebagai diktator, baik Washington maupun Bogota membantah merencanakan plot pembunuhan tersebut.
Kepada Russian Today, Maduro menyebut dirinya secara pribadi berkali-kali berusaha menghubungi Trump.
“Selama beberapa tahun ini, saya mencoba membangun dialog. Namun Bolton mencegah Trump. Saya punya informasi yang tidak ingin diketahui Trump,” kata dia.
Maduro saat ini menghadapi tantangan serius setelah pemimpin oposisi Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara dengan dukungan AS, Australia dan Kanada, serta Brasil.
Sementara itu, Maduro mendapat dukungan atas legitimasi pemerintahannya, di antaranya dari Rusia, China, Turki, dan Kuba.
Kepada Ria Novosti Maduro juga menyatakan dirinya siap bernegosiasi dengan oposisi untuk mencari solusi atas krisis politik Venezuela. Ia mengaku siap duduk satu meja dengan lawan politiknya itu.
“Saya siap untuk duduk di meja negosiasi dengan oposisi. Jadi kita bisa berdiskusi untuk kebaikan Venezuela,” kata Maduro.
“Akan sangat baik untuk menggelar pemilihan parlemen lebih awal, itu merupakan bentuk diskusi politik yang baik.”
Sebelumnya, Maduro menolak ultimatum dari negara Eropa menyelenggarakan pemilu. Spanyol, Inggris, Prancis, Belanda, dan Jerman mengancam akan mengakui pemerintahan sementara Guaido jika Maduro tak menggelar pemilu dalam waktu 8 hari sejak pekan lalu.
“Mereka harus mencabut ultimatum itu. Tida ada satu pihak pun yang bisa memberikan ultimatum,” kata Maduro awal pekan ini.
Ia menyebut Venezuela tak terikat dengan Eropa dan menganggap ultimatium itu benar-benar merupakan penghinaan.
Maduro dilantik bulan Januari setelah memenangkan pemilu yang dianggap kontroversial Mei 2018 yang ditolak oposisi.[TGU]