Pemandangan gerbang masuk menuju Lapangan Karebosi, Kota Makassar, pada dekade 1980-an. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, Makassar memiliki sejarah panjang yang berperan penting dalam perkembangan budaya dan agama di nusantara.

Setiap tahun, peringatan Hari Ulang Tahun Kota Makassar menjadi momen reflektif bagi masyarakat untuk mengenang kejayaan masa lalu, sekaligus melihat bagaimana Makassar terus berkembang di tengah arus modernisasi.

Peringatan HUT Makassar yang ke-417 di tahun 2024 ini menjadi momentum khusus, di mana perjalanan sejarah kota Daeng ini kembali disoroti, terutama terkait tanggal 9 November sebagai hari jadi yang menyimpan makna penting dalam sejarah Islam dan budaya masyarakat setempat.

Pada tahun 2024 ini, peringatan HUT Kota Makassar terasa semakin istimewa, mengingat usia kota ini sudah memasuki empat abad lebih, sejak pertama kali tercatat dalam sejarah pada 9 November 1607.

Melansir laman resmi kota Makassar, awalnya, Hari Jadi Kota Makassar diperingati setiap tanggal 1 April. Namun, pada masa pemerintahan Wali Kota H.B. Amiruddin Maula, ditetapkan bahwa perayaan hari jadi ini lebih tepat diperingati pada 9 November.

Perubahan ini diresmikan melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2000 yang menetapkan 9 November 1607 sebagai tanggal resmi Hari Jadi Kota Makassar.

Mengapa 9 November?

Pemilihan tanggal 9 November ini memiliki makna sejarah yang sangat penting bagi masyarakat Makassar. Tanggal ini dipilih karena terkait dengan masuknya agama Islam ke wilayah Kerajaan Gowa-Tallo, yang merupakan cikal bakal dari Kota Makassar saat ini.

Pada 9 November 1607, diadakan shalat Jumat pertama di Masjid Tallo, di mana secara resmi penduduk Kerajaan Gowa-Tallo memeluk agama Islam. Momentum ini tidak hanya menandai masuknya agama Islam, tetapi juga menjadi simbol penting dalam perkembangan budaya, sosial, dan agama masyarakat Makassar.

Peran Dato’ Ri Bandang dalam Sejarah Islamisasi Makassar

Peristiwa ini tak lepas dari kehadiran Dato’ Ri Bandang, atau Abdul Ma’mur Khatib Tunggal, seorang tokoh penyebar Islam yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat.

Pada September 1605, Dato’ Ri Bandang tiba di Tallo dan berhasil mengislamkan Raja Gowa ke-XIV, I-Mangngarangi Daeng Manrabia, yang kemudian bergelar Sultan Alauddin.

Selain itu, Dato’ Ri Bandang juga mengislamkan Raja Tallo, Mangkubumi I-Mallingkaang Daeng Manyonri Karaeng Katangka. Kehadiran Dato’ Ri Bandang menjadi titik awal penyebaran Islam di Makassar yang membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya di wilayah ini.

Kembalinya Nama “Makassar” dan Penegasan Identitas

Alasan lain dari perubahan peringatan ini adalah karena penggunaan kembali nama “Makassar.” Dahulu, kota ini pernah dikenal dengan nama “Ujung Pandang.” Penggunaan nama “Makassar” dinilai mampu merepresentasikan sejarah dan identitas asli kota ini, baik dari segi sosial, budaya, politik, ekonomi, maupun agama.

Dengan demikian, 9 November dianggap sebagai tanggal yang lebih tepat, merujuk pada momen historis yang merepresentasikan keseluruhan sejarah perjalanan Kota Makassar.

Peringatan HUT Kota Makassar yang jatuh pada tanggal 9 November tidak hanya menjadi momen perayaan, tetapi juga sebagai pengingat bagi masyarakat akan perjalanan panjang kota ini.

Di usianya yang ke-417, Makassar terus berkembang menjadi kota yang maju dan modern, namun tetap memegang teguh nilai-nilai budaya dan sejarah yang diwariskan oleh para pendahulunya. [UN]