Ketika pemerintahan Presiden Donald Trump sibuk mengucilkan kelompok transgender meskipun secara resmi diakui oleh hukum AS. Gedung Putih terlihat bodoh menyingkirkan sesuatu yang telah diakui oleh masyarakat selama ribuan tahun.
Sedini 3.000 tahun silam, peradaban Persia telah merangkul keragaman ini dan menghargai gender ketiga selain ‘pria’ dan ‘wanita’.
Bukan pernyataan kosong, teori itu didasarkan studi statistik artefak yang ditemukan di pemakaman di Hasanlu, sebuah situs kuno berusia ribuan tahun yang terletak di barat laut Iran.
Penelitian itu mengguncang asumsi para arkeolog tentang seks dan gender dalam peradaban kuno, sekaligus menyoroti bahwa banyak masyarakat non-barat baik dulu dan sekarang memiliki pandangan non-biner terhadap gender.
Sejarawan seni dari Manhattanville College Megan Cifarelli kepada Haaretz menyebut ketika sisa-sisa kerangka manusia ditemukan dalam penggalian arkeologis, para peneliti umumnya memilah-milah mereka dalam satu jenis kelamin atau klasifikasi yang lain. Dan jika mungkin berdasarkan morfologi kerangka atau benda yang ditemukan dalam penguburan tersebut.
“Dalam penggunaan kategori yang telah ditentukan sebelumnya adalah asumsi bahwa menjadi pria atau wanita memiliki arti yang sama sejak dulu seperti sekarang,” kata Cifarelli yang mempresentasikan hasil kerjanya itu bulan November di pertemuan tahunan Sekolah Penelitian Oriental Amerika di Denver.
Algoritma
Untuk menghilangkan bias tersebut, ia menjalankan algoritma pada ratusan artefak yang ditemukan di 51 makam di Hasanlu dengan tujuan untuk mencari tahu benda-benda mana, terutama barang-barang pakaian, yang muncul lebih sering bersama, sekaligus apa artinya.
Data menemukan satu kelompok artefak yang cenderung muncul bersama adalah jarum, pin pakaian, dan perhiasan, dan hampir selalu dikaitkan dengan kerangka yang diidentifikasi secara biologis sebagai perempuan.
Pada cluster lain yang dibentuk oleh benda-benda seperti kapal logam, senjata dan baju besi umumnya berkorelasi kuat dengan kerangka pria.
Namun, algoritma juga menunjukkan bahwa sekitar 20 persen dari penguburan di Hasanlu menampilkan kelompok ketiga objek yang muncul bersamaaan yakni kombinasi artefak yang tidak biasa, termasuk jenis barang yang menyertai kerangka kedua jenis kelamin tersebut.
Sebagai contoh, satu makam pria kompleks tersebut ditemukan barang termasuk panah, yang secara tradisional dianggap sebagai artefak maskulin dan sebuah jepitan pakaian yang dalam budaya Hasanlu merupakan barang paling feminin yang pernah ada.
Cifarelli menyebut pada artefak yang lain ditemukan pisau dan gelas minum dari logam, pin dan jarum pakaian. Tampak jelas almarhum melakukan kegiatan ritual maskulin tetapi juga mengenakan pakaian feminine sementara seks biologis orang ini tidak diketahui.
Kerangka dengan jelas diketahui kelaminnya jika semasa hidupnya ia merupakan orang dewasa yang dibuktikan dari sampel-sampel terutama panggul. Beberapa ilmuwan forensik menyebut tengkorak sudah cukup meskipun antara pria dan wanita memiliki perbedaan yang halus.