Silat Beksi

Tantangan itu diterima Lie Tong San. Keduanya pun adu maen pukulan dan singkat cerita, ayah Murhali kalah. Sudah lazim di dunia kependekaran Betawi zaman dahulu, bahwa yang kalah akan merasa terhormat jika berguru kepada sang pemenang. Mengingat usia tak lagi muda, ia pun mengajukan putranya, Murhali, untuk menimba ilmu Bhe Si dari Lie Tong San.

Lie Tong San yang merasa masih punya guru yaitu Lie Tjeng Hok, menyerahkan Murhali kepada ayahnya dan hampir setiap hari kedua orang tua Murhali mengantar putranya berlatih Bhe Si ke rumah Lie Tjeng Hok bersama murid-muridnya yang lain sesama orang Betawi dan orang Tionghoa Benteng di sekitar Kampung Dadap.

Bhe Si berasal dari kosa kata Hokkian di daeran Tiongkok Selatan yang secara harfiah berarti kuda-kuda. Karena orang Betawi sulit mengucapkan Bhe Si, maka nama itu dirubah menjadi Beksi. Dalam bahasa Belanda Bek artinya pertahanan dan Si (bahasa Cina) berarti empat. Maka Beksi dapat diartikan pertahanan empat arah. Beksi juga memiliki makna akronim yaitu: “Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan.” Ini mengandung filosofi orang Betawi yaitu, “Jangan hanya pandai berkelahi namun juga harus pandai agama, karena dengan agama seseorang dapat terhindar dari perilaku sombong dan merasa paling hebat.” Jika Beksi ibarat sebuah golok, maka agama ibarat sarungnya.

Senjata adalah kepanjangan tangan dari seorang pesilat, dan golok adalah senjata yang diajarkan dalam Beksi. Dalam silat khas Betawi, rata-rata golok adalah senjata utamanya, karena golok biasa digunakan dalam tugas sehari-hari orang Betawi di area pertanian atau perkebunan. Seorang pesilat Beksi tidak dapat disebut ahli bila belum bisa menguasai permainan golok dengan tangan yang dapat diputar-putar sangat cepat dan berkelebat. Namun filosofi senjata Beksi adalah bagaimana bisa merebut golok yang dipakai lawan, bukan membawa golok kemana-mana. Karena itu penguasaan tangan kosong sangat diutamakan dalam bela diri ini.

Ki Murhali yang telah menjadi guru silat kemudian mempunyai murid peranakan Betawi bernama H. Gozali (Godjalih) bin H. Gatong, yang kemudian menyebarkan Beksi pada murid-muridnya di Petukangan, Jakarta Selatan, serta di Batujaya, Batuceper, Tangerang. Murid-murid utama H. Gozali antara lain Kong H. Hasbullah, Kong M. Nur, Kong Simin, dan Kong Mandor Minggu, yang juga berguru pada Ki Murhali. Dari Kampung Dadap dan tempat-tempat tersebut, silat aliran Beksi ini kemudian tersebar ke berbagai tempat lainnya.

Maen pukulan Beksi memang khas Betawi. Dari istilah atau nama-nama jurus yang jika dibandingkan dengan jurus-jurus silat daerah lain akan terlihat jelas sekali ciri khas budaya Betawinya. Jurus-jurus dasar Beksi ada 12, antara lain:

1. Jurus Beksi

2. Jurus Gedig

3. Jurus Tancep

4. Jurus Ganden

5. Jurus Bandut

6. Jurus Broneng

7. Jurus Tingkes

8. Jurus Rusia Pecah Tiga

9. Jurus Bolang-Baling

10. Jurus Gebal

11. Jurus Kebut

12. Jurus Petir/ Tunjang