Koran Sulindo – Tidak ingin menjadi pengkhianat, Presiden Venezuela Nicolas Maduro akan menentang keras kemauan Amerika Serikat (AS) yang ingin menggantikan rezim di sana. Sikap kerasnya itu biarlah menjadi catatan sejarah bahwa Maduro bukan seorang pengkhianat.
Dikatakan Maduro, sejarah akan mencatat bagaimana pemerintahannya selalu diganggu AS beserta bonekanya di Venezuela. Tetapi, satu hal yang pasti: ia tidak akan menjadi pengkhianat, pemimpin lemah seperti seorang pria dengan mudahnya memunggungi panggilan sejarah dan rakyatnya.
“Saya memanfaatkan setiap hal sebagai alat komunikasi kepada seluruh dunia untuk mengecam Donald Trump dan menghentikan kegilaannya. Venezuela tidak akan pernah menyerah,” kata Maduro dalam wawancara berbahasa Spanyol dengan RT.com pada Selasa (5/2).
Maduro meyakini, gelombang solidaritas global akan mengarah kepada penolakan terhadap Trump. Terlebih rakyat Venezuela dipastikan siap membela dan mempertahankan kedaulatan mereka dari invasi militer AS. Kendati demikian, ia sungguh berdoa agar tidak ada perang lagi. Dengan demikian, agresi militer AS kalah dan perdamaian yang menang.
Sumber daya alam Venezuela yang kaya, kata Maduro, tentu saja menjadikannya sebagai target utama oleh AS. Mulai dari minyak, emas, gas, besi, berlian dan kekayaan alam lainnya. Ia akan tetapi memperingatkan AS bahwa jika terjadi perang, maka Trump-lah yang bertanggung jawab.
Tokoh oposisi Juan Guaido yang merupakan Ketua Majelis Nasional Venezuela mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara negara itu. Deklarasinya itu disebut sebagai upaya kudeta. Tetapi, AS bersama dengan sekutunya segera mengakui kepemimpinan Guaido.
Namun, dukungan terhadap Guaido hanya terbatas dari AS dan sekutunya. Di Eropa, misalnya, Italia menolak pengakuan terhadap Guaido. Penolakan serupa juga datang dari Rusia dan mengecam upaya intervensi asing terhadap urusan dalam negeri Venezuela.
Pengakuan Jerman, Inggris, Prancis dan Spanyol terhadap Guaido mendapat kecaman keras dari pemerintahan Maduro. Karena itu, pemerintah sah Venezuela sedang mempertimbangkan hubungan diplomatik dengan negara-negara tersebut. [KRG]