Koran Sulindo – Bantuan kemanusiaan Amerika Serikat (AS) yang ditujukan kepada Venezuela disebut sebagai “lelucon” atau sebuah kepalsuan. Pasalnya, bantuan kemanusiaan senilai US$ 20 juta dalam bentuk makanan busuk dinilai sebagai cara untuk merampok kekayaan alam Venezuela senilai US$ 30 miliar.
Seperti diberitakan teleSUR pada Senin (18/2), Presiden Nicolas Maduro mengatakan, apa sesungguhnya yang diinginkan Presiden Donald Trump dari Venezuela? Trump, kata Maduro, hanya tetap ingin berkuasa dan duduk di kursi kepresidenan di Gedung Putih. Dan ia hanya tertarik kepada minyak, berlian dan lain sebagainya yang ada di Venezuela.
“Celakanya lagi, ada orang-orang Venezuela yang berperan menjadi boneka,” kata Maduro.
Pernyataan Maduro itu sebagai bentuk tanggapan terhadap pidato Trump di Miami. Retorika Trump, kata Maduro, seolah-olah mempertanyakan Venezuela sebagai negara yang berdaulat yang tak punya nilai-nilai kemanusiaan. Justru pidato Trump dinilai bergaya Nazi dan mengecilkan berbagai ideologi.
Sepanjang pidatonya di Miami, Trump mengkritik keras ideologi sosialisme dan mengartikannya sebagai ideologi yang tidak jelas. Sosialisme, kata Trump, bukan soal keadilan atau kesetaraan atau mewujudkan kemakmuran bersama untuk rakyat. Sosialisme adalah kekuasaan bagi kelas penguasa. “Dan semakin besar kekuasaan yang mereka punya, mereka semakin menggenggamnya. Mereka ingin segalanya,” kata Trump.
Menanggapi Trump, Maduro mengatakan, Trump sesungguhnya menegaskan pelarangan atas keberagaman politik dan ideologi. Juga memaksakan sudut pandang yang menegaskan supremasi kulit putih di AS. Dengan demikian, apa yang diinginkan AS terhadap warga Venezuela adalah sebuah penjajahan.
Akan tetapi, Venezuela dipastikan akan mempertahankan kedaulatannya dan menjaga keberagaman ideologi sambil menghormati kepercayaan rakyat yang beragam itu.
Dalam 2 tahun terakhir, kekuatan AS bersama sekutunya berupaya untuk menggulingkan Maduro dari kekuasaannya dengan berbagai cara. Padahal, Maduro adalah presiden Venezuela yang terpilih secara demokratis. Pertama, AS menetapkan sanksi ekonomi; lalu mengancam dengan invasi militer; dan baru-baru ini memaksa semua sekutunya untuk mengakui Juan Guaido sebagai presiden Venezuela karena telah mendeklarasikan dirinya pada 23 Januari lalu.
Tujuan dari semua ini adalah untuk menguasai cadangan minyak Venezuela. Soal usulan Trump untuk menyerang Venezuela secara militer ditolak Kongres AS. Tak putus asa, Trump melanjutkan misinya dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan walau tidak diminta oleh pemerintah Venezuela kepada anak-anak dan perempuan miskin.
Bantuan kemanusiaan AS itu masih berada tertahan di Kolombia. Pada saat yang sama, Venezuela menerima bantuan kemanusiaan dari PBB dan 300 ton bantuan dari Rusia. Pasokan medis juga diterima Venezuela dari Kuba, Tiongkok, Rusia, Palestina dan Turki. [KRG]