Koran Sulindo – Demonstrasi yang melibatkan lebih dari 200 ribu orang di Prancis mendapat tanggapan reaksioner dari Presiden Emmanuel Macron. Ia mengecam gerakan rakyat itu dan menyatakan kekerasan akibat dari demonstrasi itu tidak bisa diterima.
Gerakan rakyat yang berawal dari “jaket kuning” memprotes kebijakan Macron yang menaikkan harga bahan bakar minyak di Prancis. Gelombang protes itu lantas seperti bola salju, membesar dan mengikutsertakan semua lapisan masyarakat. Jumlahnya telah lebih dari 250 ribu orang.
Seperti dilaporkan sputniknews.com, Macron mengatakan, pihaknya akan tetap menjalankan kebijakan yang sudah diputuskan. Protes ratusan ribu orang itu disebut tidak akan mengubah pandangan pemerintah. Ia seolah-olah menyindir rakyat karena pada saat yang sama peduli lingkungan dan d waktu yang lain justru menentang kenaikan harga BBM.
“Kita boleh saja khawatir tentang apa yang dirasakan rakyat, tapi juga tidak boleh melupakan soal lingkungan,” tutur Macron di Istana Elysee pada Selasa (27/11).
Seperti dikutip AFP, Macron akan mendengarkan aspirasi para demonstrasi, tapi tetap akan menaikkan pajak BBM. Terlebih keputusan itu dinilai perlu dan benar. Ia memastikan kebijakan ini demi rakyat dan tidak akan menghalangi keinginan rakyat untuk menyampaikan aspirasinya.
Gelombang demonstrasi rakyat Prancis ini berawal dari 17 November lalu dengan melibatkan ribuan orang. Mereka memblokade jalan dan stasiun pengisian bahan bakar. Karena protes itu, kepolisian lantas menanggapinya dengan cara menangkapinya. Sekitar 130 orang ditahan dan puluhan mengalami luka.
Sejak hari pertama demonstrasi itu, Kementerian Keuangan Prancis mencatat kerugian di sektor riil mencapai 35 persen dan menjadi 18 persen pada 24 November. [KRG]