Nicky Kharisma, Tim Lapangan BKSDA Cirebon. (Foto: Sulindo/Ulfa Nurfauziah)

Kuningan – Warga di Blok Pamugaran, Desa Cimenga, Kabupaten Kuningan, tengah dilanda keresahan akibat kemunculan hewan buas yang diduga kuat adalah macan tutul. Dalam beberapa pekan terakhir, tercatat sudah lima ekor kambing milik warga yang menjadi korban serangan hewan liar ini. Teror tersebut semakin menebalkan rasa khawatir masyarakat, terutama para peternak kambing yang kandangnya berada jauh dari area permukiman.

Peristiwa terbaru dialami oleh seorang warga bernama Ade, yang kehilangan dua ekor kambing sekaligus pada dini hari tanggal 8 Juni 2025 sekitar pukul 03.00 WIB. Peristiwa tragis ini terjadi di kandangnya yang terletak di kawasan Pamugaran. Sebelumnya, tiga peternak telah mengalami kerugian. Pak Jaya, Pak Kurman, dan Pa Yaya masing-masing kehilangan satu ekor kambing.

Ade baru mengetahui insiden tersebut pada pukul 14.00 WIB saat hendak memberi makan kambing-kambingnya seperti biasa. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati dua dari tiga ekor kambingnya telah mati dengan kondisi mengenaskan.

“Saya tadi mau kasih makan seperti biasa, cuma kaget tiba-tiba kambingnya sudah tergeletak,” ujar Ade.

Satu ekor kambing tampak mengalami luka di bagian leher, sementara yang satunya sudah kehilangan sebagian pahanya. Bagian perut kambing pun terlihat sobek, menyisakan bukti nyata serangan hewan predator.

Menanggapi serangkaian serangan ini, Pemerintah Desa Cimenga segera mengambil langkah cepat dengan melaporkan kejadian tersebut kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Cirebon. Kepala Desa Cimenga bersama tim dari BKSDA telah meninjau langsung lokasi kandang yang menjadi korban serangan.

Tim lapangan BKSDA, yang diwakili oleh Nicky Kharisma, menyampaikan bahwa saat ini pihaknya akan melakukan observasi untuk memahami kondisi lingkungan sekitar yang memungkinkan macan tutul turun dari habitat aslinya.

“Nanti akan dilihat dulu kondisi sekitar, kita observasi mau lihat apakah habitat aslinya sudah semi hutan yang menyebabkan macan turun ke bawah,” jelas Nicky (08/06/2025).

Jika setelah kajian disetujui, BKSDA berencana untuk memasang perangkap berupa kerangkeng guna menangkap hewan buas tersebut dan memindahkannya ke lokasi yang jauh dari permukiman warga.

“Kalau emang ACC, akan kita perangkap untuk dipindahkan,” tambahnya.

Macan tutul diketahui sebagai hewan nocturnal atau aktif di malam hari, yang menjelaskan mengapa serangan selalu terjadi saat dini hari. BKSDA juga mengimbau warga, khususnya yang masih memiliki hewan ternak, untuk segera memperkuat kandang dan menghindari desain kandang yang terlalu terbuka. Hal ini penting untuk mencegah adanya celah yang bisa dimanfaatkan hewan liar masuk ke dalam kandang.

Kebanyakan kandang kambing di wilayah Pamugaran memang berada di lokasi yang cukup jauh dari rumah warga. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga keamanan ternak dari ancaman predator.

Dengan meningkatnya frekuensi serangan dan kekhawatiran warga yang terus memuncak, harapannya langkah-langkah penanggulangan ini bisa segera dilaksanakan secara efektif. Selain untuk keselamatan hewan ternak, tindakan ini juga menjadi penting demi menjaga rasa aman masyarakat yang selama ini hidup berdampingan dengan alam. [UN]