Luna 1: Wahana Antariksa Pertama yang Mencapai Bulan dan Mengorbit Matahari

Wahana antariksa Luna 1 tidak mendarat di Bulan, membuat Uni Soviet gagal mendahului Amerika Serikat. (Sumber: Wikimedia Commons)

Luna 1 adalah wahana antariksa pertama yang mencapai Bulan. Meski gagal mendarat di Bulan sesuai dengan yang direncanakan, wahana tersebut berhasil mengorbit Matahari dan mengirimkan data baru yang penting untuk penelitian Uni Soviet di masa mendatang.

Luna 1 merupakan bagian dari Program Luna milik Uni Soviet, yaitu serangkaian misi penerbangan ke Bulan antara tahun 1959 dan 1976.

Melansir dari situs resmi NASA, tujuan utama peluncuran Luna 1 adalah mengukur suhu dan tekanan di dalam wahana, mempelajari komponen gas dari materi antarplanet dan radiasi korpuskular Matahari, mengukur medan magnet Bumi dan bulan, mempelajari partikel meteorik di luar angkasa, mempelajari distribusi inti berat dalam radiasi kosmik primer, dan mempelajari sifat-sifat lain dari sinar kosmik.

Spesifikasi Luna 1

Luna 1 adalah wahana antariksa berbentuk bola yang memiliki lima antena yang memanjang dari satu belahan Bumi. Dirancang khusus untuk mendarat di Bulan, Luna 1 tidak memiliki sistem propulsi dan mampu bergerak dengan kecepatan tinggi. Sumber tenaganya berasal dari baterai merkuri-oksida dan akumulator perak-seng.

Untuk tujuan pelacakan, Luna 1 dilengkapi sistem 19.993 MHz yang mengirimkan sinyal berdurasi 50,9 detik, pemancar 183,6 MHz, dan pemancar 70,2 MHz. Kelima antenanya terdiri dari empat antena cambuk dan satu antena kaku, berfungsi untuk menyediakan jalur komunikasi.

Luna 1 membawa lima perangkat ilmiah berbeda untuk mempelajari ruang antarplanet, yaitu magnetometer, pencacah Geiger, penghitung sintilasi, detektor mikrometeorit, dan peralatan lainnya. Roket peluncur untuk Luna 1 memiliki peralatan untuk menghasilkan awan natrium buatan.

Peluncuran

Luna 1 diluncurkan pada 2 Januari 1959 dengan roket Vostok dari Kosmodrom Baikonur, Kazakhstan pukul 16:41 UTC.

Dua hari kemudian, pukul 00:56, tahap atas roket peluncur Luna 1 melepaskan awan uap natrium seberat 1 kg saat wahana antariksa tersebut berada pada jarak 113.000 kilometer dari Bumi. Cahaya yang muncul dari gas berwarna jingga tersebut digunakan untuk membantu pelacakan dan pengukuran visual lintasan, difoto dari sebuah observatorium dekat Alma-Ata. Jejak gas ini juga berfungsi sebagai alat eksperimen untuk mengetahui perilaku gas di luar angkasa.

Pada 4 Januari, Luna 1 berada sejauh 5.995 km dari Bulan dengan kecepatan sekitar 8.900 kilometer per jam, setelah 34 jam penerbangan. Pada jam-jam berikutnya, wahana antariksa ini bergerak menjauhi bulan. Pada akhirnya, ia memasuki orbit heliosentris di antara orbit Bumi dan Mars, menjadi yang pertama mengorbit matahari.

Pemancar radio Luna 1 berhenti beroperasi pada tanggal 5 Januari pukul 7.00 UTC karena baterainya kehabisan daya. Ketika hal itu terjadi, Luna 1 berada pada jarak 600.000 kilometer dari Bumi.

Pengukuran yang diperoleh selama misi peluncuran Luna 1 memberikan data baru tentang sabuk radiasi Bumi dan ruang angkasa. Berdasarkan pengukuran, para ilmuwan Soviet menemukan bahwa Bulan tidak memiliki medan magnet. Selain itu, terdapat angin matahari (Solar Wind) yang mengalir melalui ruang antarplanet. Angin matahari adalah aliran kuat plasma terionisasi yang berasal dari Matahari.

Luna 1 tidak berhasil mendarat di Bulan, kemungkinan besar karena mengalami kerusakan pada sistem kendali berbasis darat, dan terjadi kesalahan pemrograman. Ini menyebabkan kesalahan pada waktu pembakaran roket. Hasilnya, wahana antariksa tersebut gagal mencapai target.

Jika seandainya Luna 1 berhasil mendarat di Bulan, itu akan menjadi sebuah kemenangan besar bagi Uni Soviet di masa awal perlombaan luar angkasa dengan Amerika Serikat. Misi pendaratan di Bulan baru tercapai dalam peluncuran Luna 2 pada tanggal 13 September 1959. [BP]