Koran Sulindo – Kebakaran yang terjadi di padang rumput atau savana Gili Lawa, Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur disesalkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan.
Menurut Menteri Luhut, seharusnya wisatawan yang masuk ke sana tidak membakar hal-hal yang tidak diperlukan, apalagi saat ini masih musim kemarau, sehingga api yang menyala rentan tertiup angin dan membakar sekitarnya.
“Itu sangat kita sayangkan. Buat turis, jangan bakar yang nggak perlu. Karena berdasarkan report yang saya terima, ada api unggun tapi tak bisa terkontrol karena angin dan akhirnya bertiup,” kata Luhut kepada wartawan, di kantornya, Jumat (3/8).
Dia pun meminta pengunjung disiplin, dan taat pada aturan. Apalagi, Labuan Bajo masuk jadi salah satu destinasi dalam acara pertemuan tahunan International Monetary Fund – World Bank (IMF-WB) Oktober mendatang.
“Jadi sekarang tolong kalian juga imbau, turis agar tidak lakukan pembakaran-pembakaran yang bisa mungkin nggak sengaja tapi akan berdampak luas.”
Sementara itu, menurut Manajer Kampanye Hutan dan Perkebunan, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Fatilda Hasibuan kebakaran di NTT bukanlah hal baru. Apalagi, saat ini sedang memasuki musim kemarau.
“Di NTT Setahun terakhir ini 8 bulan kemarau, 4 bulan hujan. Kebakaran itu banyak di NTT, lahan pengembaraan kalau orang-orang ana menyebutnya. Mungkin, karena ini tempat wisata yang terkenal di dunia, karena Taman Nasional Komodo, jadi ramai soal kebakaran itu,” kata Fatilda kepada koransulindo.com, hari ini.
Dirinya justru mempertanyakan apakah pengelola kawasan Taman Nasional Komodo memiliki standar atau tidak dalam menjaga wilayahnya.
Semestinya pihak pengelola mengetahui jika kawasan mereka mudah terbakar, maka harus dijaga dan dirawat dengan baik. “Mungkin karena standar operasinalnya tidak jalan, itu yang terjadi,” kata dia.
Diketahui, savana atau padang rumput di Pulau Komodo, Flores, Nusa Tenggara Timur terbakar. Peristiwa itu terjadi, Kamis malam (2/8/18).
Berdasarkan keterangan dari Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Budhy Kurniawan, kejadian itu terjadi di Gili Lawa, Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, NTT.
Kejadian, baru diketahui setelah adanya laporan dari seorang pemandu wisata sekira pukul 18.15 Wita.
Atas adanya laporan, pihaknya langsung merespons dengan mengerahkan petugas dari Res Loh Sebita dan Res Padar untuk melakukan pemadaman.
Disusul kemudian tim pemadam kebakaran Balai TN Komodo yang terdiri dari 30 orang yang dikerahkan dari Labuan Bajo menuju tempat kejadian sekitar Pukul 22.00 Wita.
“Kami langsung meminta pemandu wisata yang memberikan informasi untuk mendata pengunjung yang terakhir turun dari bukit,” kata dia.
Kemudian, kata Budhy, tim pemadaman segera melakukan upaya untuk menjinakan si jago merah. Api baru bisa dinyatakan padam pada hari ini, Jumat (3/8/18), sekitar Pukul 03.15 Wita.
Sedangkan empat orang lainnya, melakukan pemeriksaan terharap awak kapal dan pemandu yang diduga sebagai pelaku penyebab terjadinya kebakaran.
Petugas pun telah menyita KTP pemandu dan nakhoda serta dokumen-dokumen kapal untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
“Hasil pemeriksaan sementara diduga penumpang kapal ‘Indonesia Juara’ sebagai pelaku terjadinya kebakaran.”
Saat ini, proses penyelidikan tengah dilakukan pihak Kepolisian Resor Manggarai Barat bersama-sama PPNS Gakkum.
Sekedar informasi, 10 hektar lahan hutan di Gili Lawa Darat, Kawasan Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), terbakar.
Dugaan sementara, penyebab kebakaran berasal dari api rokok yang dibuang oleh pengunjung. [SAE/TGU]