Koran Sulindo – Munculnya nama Mardani Ali Sera menjadi salah satu kandidat di pilpres 2019 mengundang banyak tawa. Sebagian pihak bahkan menganggap hal tersebut sebagai dagelan politik.
Beberapa hal yang dilupakan adalah Mardani merupakan manajer tim pemenangan Anies-Sandi di Pilkada DKI Jakarta. Tim itu nyatanya berhasil menghantarkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjadi gubernur dan wakil gubernur.
Demikian disampaikan pengamat politik, yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Publik Institute, dalam acara diskusi bertema, “Mardani Ali Sera Cawapres; Lucu-Lucuan atau Serius?”, di kawasan Menteng Jakarta, Sabtu (21/7).
Selain itu, kata Karyono, Mardani juga otak dari gerakan hastag #2019 Ganti Presiden. Sehingga Mardani layak menjadi kandidat di pilpres 2019 mendatang. “Minimal dia layak menjadi Cawapres mendampingi Prabowo,” kata Karyono.
Ia menambahkan sebagian pihak boleh menganggap ini lelucon politik. Tapi menurut Karyono, ini bisa menjadi serius. Sebab, sampai saat ini usaha Prabowo melobi partai poitik belum juga membuahkan hasil.
Silahturahmi politik Ketum Partai Gerindra itu ke sejumlah partai belum ada kesepakatan secara resmi mengusung dirinya sebagai calon presiden 2019.
Hal ini, menurut Karyono, disebabkan masing-masing partai memiliki agenda kepentingan mengajukan kadernya menjadi Cawapres.
“Berbeda dengan rival Prabowo, Jokowi sudah diusung sejumlah partai dan diumumkan melalui mekanisme partai,” kata dia.
Apabila Prabowo gagal membangun koalisi dengan Partai Demokrat dan PAN, maka mau tidak mau harus menerima tawaran PKS. Dengan demikian hampir dipastikan cawapres Prabowo adalah dari kader PKS.
Karena hanya itulah kesempatan bagi Prabowo agar bisa mencalonkan diri menjadi capres. Dengan berbagai rekam jejak mengenai hubungan PKS dengan Gerindra.
Menurut Karyono sangat logis jika PKS meminta posisi Cawapres, karena ada sejumlah alasan yang bisa diterima akal sehat terkait tawaran PKS yang menginginkan kadernya menjadi Cawapresnya Prabowo.
Sejumlah alasan tersebut antara lain, PKS telah mengusung Prabowo menjadi capres berpasangan dengan Hatta Rajasa pada pilpres 2014.
Selain itu, PKS telah merelakan kadetnya Mardani Ali Sera untuk mengalah tidak menjadi Calon Wakil Gubernur yang rencananya pada saat itu akan berpasangan dengan kader Gerindra Sandiaga Uno.
Namun dengan masuknya nama Anies Baswedan yang menggeser posisi Sandiaga Uno sebagai bakal cagub DKI di detik-detik terakhir menjelang pendaftaran pasangan cagub telah mematahkan ‘libido’ politik Mardani Ali Sera.
“Maka saatnya gantian Anies menunda ‘syahwat’ politiknya untuk maju di Pilpres 2019,” kata Karyono.
“Saatnya Anies membalas budi bagi Mardani Ali Sera yang menjadi ketua tim sukses dan berterimakasih kepada PKS dan Gerindra yang telah berhasil menghantarkannya menjadi Gubernur DKI.”
Anies, kata dia, sebaiknya menyelesaikan tugas menjadi Gubernur DKI Jakarta sesuai dengan janji sucinya yang tidak akan meninggalkan jabatannya di tengah jalan.
Warga Jakarta, lanjutnya, pasti akan menagih janji Anies pada saat kampanye. Masih banyak janji Anies yang belum diwujudkan seperti DP Rumah nol persen, dan lain-lain.
Jika Anies ingin maju di pilpres 2019 menurut dia, perlu mempertimbangkan aspek tersebut.
Selain itu, Anies perlu berhitung dari segi peluang dan usia. Sekalipun Anies menjadi capres atau cawapres tapi belum tentu terpilih.
Maka lebih baik pilihannya adalah menyelesaikan tugasnya menjadi gubernur. Jangan sampai ibarat bunga dia layu sebelum mekar. Jangan sampai karir politiknya mati di usia muda. (SAE/TGU)