Koran Sulindo – Dalam dunia ilmu pengetahuan, banyak ilmuwan yang berkontribusi besar namun sering kali terabaikan, terutama karena faktor gender dan latar belakang etnis.
Salah satu contoh yang paling mencolok adalah Lise Meitner, seorang ilmuwan yang memainkan peran kunci dalam penemuan fisi nuklir. Meskipun prestasinya sangat signifikan, perjalanan karier Meitner dipenuhi dengan tantangan dan ketidakadilan, terutama dalam konteks diskriminasi terhadap perempuan dan orang Yahudi pada masa itu.
Artikel ini akan membahas kisah hidup Lise Meitner, dari pendidikan awalnya di Wina hingga pencapaiannya dalam penelitian fisi nuklir, serta tantangan yang dihadapinya dalam meraih pengakuan atas kontribusinya yang sangat berarti bagi ilmu pengetahuan.
Mengutp beberapa sumber, Lise Meitner adalah seorang ilmuwan terkemuka yang berperan penting dalam penemuan fisi nuklir, yaitu proses pemecahan atom menjadi dua bagian yang ukurannya hampir sama.
Lahir di Wina, Austria, pada tahun 1878, Meitner menunjukkan ketertarikan besar terhadap sains sejak usia muda. Ia meraih gelar Ph.D. dari Universitas Vienna pada tahun 1905 dan kemudian melanjutkan kariernya di Berlin, bekerja di Kaiser Wilhelm Institute for Chemistry di bawah bimbingan ahli kimia Otto Hahn.
Hambatan Gender dan Perjuangan Karier
Sepanjang kariernya, Meitner menghadapi berbagai rintangan, terutama yang berkaitan dengan masalah gender. Meskipun ia menjadi profesor fisika perempuan pertama di Jerman, pengakuan terhadap kemampuannya sering kali diabaikan.
Di Kaiser Wilhelm Institute, ia dilarang bekerja di laboratorium, sehingga terpaksa mendirikan laboratorium kecilnya sendiri di sebuah bengkel kayu dengan peralatan yang sangat terbatas.
Namun, perjuangannya membuahkan hasil. Pada tahun 1917, Meitner dan Hahn diangkat sebagai direktur institut dan kepala Departemen Fisika. Pada tahun 1918, mereka mengumumkan penemuan unsur baru, yaitu protactinium, yang menjadikan Meitner dikenal di kalangan ilmuwan.
Penemuan Fisi Nuklir
Pada tahun 1934, Meitner mulai mempelajari efek pembombardiran neutron terhadap uranium. Awalnya, ia dan Hahn beranggapan bahwa proses tersebut akan menghasilkan atom-atom yang lebih berat.
Namun, hasil eksperimen mereka menunjukkan produk radioaktif yang lebih ringan. Sayangnya, sebelum penelitian ini selesai, Meitner dicopot dari jabatannya karena latar belakangnya sebagai seorang Yahudi, yang membuatnya harus melarikan diri dari Jerman untuk menghindari kekejaman Nazi.
Di tengah situasi sulit ini, Otto Hahn melanjutkan publikasi hasil penelitian mereka di Jerman pada tahun 1939, tetapi tidak menyebut nama Meitner karena larangan pemerintah.
Dalam momen kritis tersebut, fisikawan Swedia Niels Bohr berupaya agar Meitner bisa melanjutkan penelitiannya di Swedia, di mana ia kembali bekerja pada konsep fisi nuklir.
Meitner akhirnya menemukan bahwa ketika sebuah proton ditangkap, nukleus uranium menjadi tidak stabil dan pecah menjadi dua bagian yang kira-kira sama, yaitu barium dan krypton.
Pada tahun yang sama, Meitner menerbitkan dua makalah penting mengenai fisi nuklir dan menjadi ilmuwan pertama yang menyatakan bahwa uranium dan thorium bisa mengalami proses fisi.
Ia juga meramalkan bahwa reaksi fisi dapat menghasilkan energi yang sangat besar dan bisa bersifat berkelanjutan berkat neutron-neutron yang dilepaskan oleh reaksi tersebut.
Ketidakadilan Pengakuan
Meskipun penemuan-penemuan penting yang dihasilkan Meitner, ia tidak mendapatkan penghargaan yang setimpal. Pada tahun 1944, Otto Hahn dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang kimia untuk karyanya yang dikerjakan bersama Meitner, tetapi Meitner sendiri tidak diakui kontribusinya.
Hal ini menyoroti ketidakadilan yang sering dihadapi oleh ilmuwan perempuan dan mereka yang berasal dari latar belakang minoritas, di mana kontribusi mereka sering kali terabaikan.
Lise Meitner adalah contoh nyata dari seorang ilmuwan yang, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan ketidakadilan, berhasil memberikan kontribusi luar biasa bagi dunia ilmu pengetahuan.
Penemuan fisi nuklirnya tidak hanya membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut di bidang energi nuklir, tetapi juga memberikan inspirasi bagi generasi ilmuwan perempuan di masa depan.
Sejarah Meitner mengingatkan kita akan pentingnya memberikan penghargaan yang layak kepada semua ilmuwan, terlepas dari latar belakang mereka, dan mendorong inklusivitas dalam dunia sains. [UN]