Koran Sulindo – Lembaga sensor Tiongkok berupaya mengontrol narasi di media massa yang terkait dengan “perang dagang” dengan Amerika Serikat (AS). Kepada sejumlah media massa, lembaga sensor mengirimkan sejumlah daftar yang boleh ditulis dan yang tidak boleh ditulis jika berkaitan dengan topik itu.
Empat sumber yang merupakan media massa Tiongkok kepada South China Morning Post mengatakan, pihaknya diberitahukan agar tidak secara berlebihan memberitakan tentang topik “perang dagang” dengan AS. Dan sebaiknya media massa harus sangat berhati-hati mengkaitkannya dengan bursa saham, terutama penurunan nilai yuan atau pelemahan ekonomi untuk mencegah kepanikan.
Sumber yang merupakan media massa resmi Tiongkok bahkan dilarang menggunakan judul “perang dagang” ketika membahas penurunan nilai yuan atau lesunya bursa saham. Sumber yang lain mengatakan, kontrol negara atas wacana publik terutama tentang “perang dagang”, masalah yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Terlebih media massa milik negara dengan tingkat politik yang lebih tinggi diberikan kelonggaran untuk menggunakan istilah perang dagang. Sedangkan, media daring maupun media massa lain hanya diperolehkan mengutip media massa resmi negara.
Semisal, melarang mengutip langsung cuitan Presiden AS Donald Trump dari akun twitter-nya. Apalagi aplikasi mikroblog itu dilarang di Tiongkok. Perang dagang antara AS dan Tiongkok semakin meningkat. Bahkan Trump kembali mengancam akan mengenakan tarif tambahan terhadap produk-produk Tiongkok yang mencapai US$ 200 miliar. [KRG]