Legenda Monster Nian dan Kaitannya dengan Barongsai

Ilustrasi Barongsai (Sulindo/AI)

Tahun Baru Imlek selalu identik dengan warna merah, suara petasan yang memekakkan telinga, dan pertunjukan barongsai yang penuh energi. Namun, tahukah kamu bahwa di balik kemeriahan perayaan ini, terdapat legenda kuno tentang monster buas yang meneror manusia? Kisah ini bukan sekadar dongeng, tetapi menjadi akar dari berbagai tradisi yang masih dijalankan hingga hari ini. Yuk, kita telusuri asal usul Imlek melalui legenda Monster Nian yang penuh makna!

Legenda Monster Nian

Menurut laman China Highlights, Hari Tahun Baru Imlek dalam bahasa Mandarin disebut Guo Nian (过年), yang dapat berarti ‘merayakan tahun (baru)’ atau ‘mengatasi Nian’. Karakter Nián (年) sendiri memiliki makna ganda, yaitu ‘tahun’ dan juga ‘monster Nian’, makhluk mitos yang menjadi bagian dari legenda Imlek. Tradisi khas seperti warna merah, barongsai, dan petasan ternyata memiliki akar sejarah yang kuat dalam kisah tersebut.

Dahulu kala, hiduplah seekor monster bernama Nian (年, atau Nianshou 年兽) yang memiliki kepala panjang dan tanduk tajam. Monster ini tinggal di kedalaman laut sepanjang tahun dan hanya muncul pada malam Tahun Baru untuk memangsa manusia serta ternak di desa-desa sekitar. Ketakutan akan Nian membuat penduduk desa setiap tahunnya mengungsi ke pegunungan demi menghindari serangan monster buas tersebut.

Keadaan ini berubah ketika seorang lelaki tua berambut putih dan berkulit kemerahan tiba di desa tersebut. Tidak seperti penduduk lain, ia menolak untuk bersembunyi. Sebaliknya, ia menghadapi Nian dengan cara yang unik. Lelaki tua itu menempelkan kertas merah di pintu rumah, membakar bambu hingga mengeluarkan suara berderak keras—yang menjadi cikal bakal petasan—, menyalakan lilin di dalam rumah, dan mengenakan pakaian merah. Ketika Nian muncul, monster itu menjadi ketakutan dan lari terbirit-birit. Keesokan harinya, penduduk desa terkejut mendapati desa mereka tetap utuh.

Sejak saat itu, masyarakat mulai melakukan tradisi serupa setiap malam Tahun Baru untuk menakuti Nian, seperti menyalakan petasan, memasang dekorasi merah, dan menampilkan pertunjukan barongsai. Tradisi ini masih dilakukan hingga sekarang sebagai bagian dari perayaan Imlek yang meriah.

Asal Usul Barongsai dan Hubungannya dengan Imlek

Salah satu tradisi khas dalam perayaan Imlek adalah tarian barongsai atau wǔshī (舞狮), yang menampilkan pertunjukan singa warna-warni dengan gerakan dinamis. Barongsai dipercaya berasal dari kisah Monster Nian, di mana kostumnya terinspirasi dari penampilan makhluk tersebut. Dengan warna cerah, bulu lembut, serta kain berkilau emas atau perak, barongsai menjadi simbol perlindungan dan pengusiran roh jahat.

Namun, ada juga legenda lain yang mengaitkan asal mula barongsai dengan Dinasti Tang (618–906 M). Konon, seorang kaisar dalam dinasti tersebut bermimpi melihat makhluk menyerupai singa dengan warna mencolok. Menganggapnya sebagai simbol keberuntungan, sang kaisar kemudian memerintahkan pembuatan tiruan makhluk itu, yang kemudian berkembang menjadi pertunjukan barongsai seperti yang dikenal saat ini.

Dalam pertunjukan barongsai, satu kostum umumnya dimainkan oleh dua orang: satu mengendalikan kepala dan satu lagi bagian belakang. Barongsai tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga bagian penting dari budaya Tionghoa, dipercaya mampu mendatangkan keberuntungan serta mengusir hal-hal buruk di awal tahun baru.

Perayaan Imlek tidak hanya sekadar pergantian tahun, tetapi juga memiliki sejarah panjang yang berakar pada legenda dan kepercayaan kuno. Kisah Monster Nian menjadi asal muasal berbagai tradisi khas seperti petasan, warna merah, dan barongsai yang hingga kini masih dijalankan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.

Tradisi ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga melambangkan keberanian, perlindungan, dan harapan akan tahun yang lebih baik. Dengan memahami sejarahnya, kita dapat lebih menghargai keberagaman budaya dan warisan yang telah dijaga turun-temurun. [UN]