Ilustrasi Banaspati (foto: freepik.com/@rawpixel)
Ilustrasi Banaspati (foto: freepik.com/@rawpixel)

Bagi masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di Pulau Jawa dan Kalimantan, nama Banaspati mungkin bukanlah hal asing. Sosok mistis ini dikenal sebagai makhluk gaib yang sering dikisahkan melayang di tengah hutan dalam bentuk bola api menyala atau berwujud seperti manusia yang tubuhnya dilalap api.

Meski terdengar menyeramkan, Banaspati bukan sekadar cerita hantu belaka, melainkan bagian dari legenda lokal yang kaya akan nilai budaya dan spiritual.

Berbeda dengan adegan-adegan menegangkan dalam film fiksi seperti Ghost Rider, Banaspati adalah cerminan kepercayaan masyarakat yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Legenda ini tidak hanya menjadi bagian dari cerita rakyat, tetapi juga memiliki tempat dalam sejarah, seni, dan arsitektur Nusantara, terutama dalam relief candi-candi yang dipengaruhi oleh mitologi Hindu-Buddha.

Namun, apa sebenarnya yang melatarbelakangi munculnya kisah Banaspati? Bagaimana sosok ini dapat menginspirasi kepercayaan, seni, hingga legenda yang melibatkan kerajaan besar seperti Majapahit? Mari kita menelusuri lebih dalam untuk memahami sosok ini dalam berbagai aspek.

Penampakan dan Fungsi Banaspati dalam Masyarakat

Dalam berbagai cerita rakyat, Banaspati memiliki dua wujud utama yang berbeda. Wujud pertama adalah sebagai bola api yang melayang di antara pepohonan besar di tengah hutan.

Ukuran bola api ini kecil, sebesar genggaman tangan orang dewasa, namun saat korbannya merasa takut, bola api ini dipercaya membesar dan menyerang.

Wujud kedua adalah manusia api, yang digambarkan sebagai sosok manusia dengan tubuh yang menyala-nyala. Ciri khas dari bentuk ini adalah cara bergeraknya yang tidak biasa: ia berjalan menggunakan kedua tangan, sementara kakinya menghadap ke atas.

Sosok ini dikenal agresif dan menakutkan, sering digambarkan mengejar mangsanya sembari menjulurkan lidah api yang membakar siapa saja yang menjadi sasarannya.

Selain dikenal melalui cerita-cerita seram, Banaspati juga memiliki tempat khusus dalam budaya masyarakat Jawa. Pada arsitektur candi, sosok ini sering dipahat sebagai relief di atas ambang pintu.

Menurut kepercayaan, posisi ini menjadikan Banaspati sebagai penangkal energi jahat yang berusaha masuk ke dalam candi. Relief ini menggambarkan kepala raksasa yang menakutkan, serupa dengan simbol Hindu-Buddha dari India yang dikenal sebagai Kirtimukha.

Asal Usul Banaspati dalam Mitologi

Asal-usul Banaspati memiliki akar yang dalam dalam mitologi Hindu, terutama pada kisah tentang Kirtimukha. Berdasarkan buku Art in Indonesia: Continuity and Changes karya Claire Holt, Kirtimukha adalah makhluk sakti yang tercipta dari kemarahan Dewa Siwa.

Kisah bermula ketika Rahu, seorang raksasa, menyerang surga dan menantang kekuasaan para dewa. Untuk menghadapi ancaman ini, Dewa Siwa menciptakan Kirtimukha dari alisnya yang mengeluarkan api.

Makhluk ini begitu kuat hingga membuat Rahu takluk dan memohon pengampunan. Namun, setelah mengalahkan Rahu, Kirtimukha justru menjadi ancaman baru karena ia terus memakan segala yang ditemuinya.

Atas perintah Siwa, Kirtimukha akhirnya memakan tubuhnya sendiri hingga hanya menyisakan wajah. Sebagai penghormatan, Dewa Siwa menempatkannya di ambang pintu istana sebagai penjaga abadi.

Di Indonesia, cerita Kirtimukha ini diadaptasi dalam kepercayaan lokal sebagai Banaspati, dengan interpretasi yang lebih sesuai dengan konteks budaya setempat. Sosok ini tidak hanya dianggap sebagai penjaga spiritual, tetapi juga sebagai makhluk yang berkaitan dengan kekuatan mistis dan ilmu hitam.

Peran Banaspati dalam Era Majapahit

Banaspati juga memiliki peran yang menarik dalam cerita rakyat yang berkaitan dengan masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Dalam beberapa hikayat, Banaspati diceritakan sebagai raja siluman api yang sangat sakti.

Ia bahkan disebut-sebut bekerja sama dengan Patih Gajah Mada untuk menumpas pemberontak dan memperkuat kekuasaan kerajaan.

Namun, kekuatan besar Banaspati akhirnya menjadi ancaman bagi manusia. Kisah ini mencapai puncaknya ketika Banaspati dikalahkan oleh Nabi Khidir, yang berhasil mengakhiri kekejaman raja siluman tersebut.

Meski demikian, keturunan Banaspati tetap dipercaya hidup hingga ratusan tahun kemudian dan dikenal sebagai Setan Kober.

Setan Kober sendiri diyakini memiliki kekuatan mistis yang luar biasa. Dalam berbagai cerita, ia terlibat dalam perang antara Majapahit dan kerajaan Islam seperti Kerajaan Demak.

Namun, masa kejayaannya berakhir setelah ia dikalahkan oleh Pangeran Suto Wijaya. Hingga kini, keturunan Banaspati dipercaya masih tinggal di tempat-tempat terpencil, seperti hutan lebat dan kerajaan gaib di lautan.

Pesan dan Makna di Balik Legenda Banaspati

Legenda Banaspati bukan sekadar kisah mistis untuk menakut-nakuti, tetapi juga sarat dengan pesan moral dan nilai budaya. Dalam arsitektur candi, sosok ini berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya perlindungan spiritual terhadap energi negatif.

Keberadaannya menunjukkan bagaimana seni dan kepercayaan masyarakat dapat berpadu dalam sebuah simbol yang melampaui zaman.

Selain itu, kisah tentang wujud bola api yang membesar ketika dihadapkan dengan rasa takut juga memberikan pelajaran penting. Ketakutan yang tidak dikelola dengan baik dapat memperbesar masalah, sama seperti bagaimana Banaspati menjadi lebih kuat ketika mangsanya diliputi rasa takut.

Banaspati adalah bagian integral dari kekayaan budaya dan tradisi Nusantara. Ia bukan hanya legenda mistis, tetapi juga simbol penjaga spiritual dan cerminan cara masyarakat memahami dunia yang penuh misteri.

Melalui seni, mitologi, dan cerita rakyat, Banaspati tetap hidup sebagai salah satu bagian penting yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

Dengan memahami legenda ini, kita tidak hanya mengenang kisah masa lalu, tetapi juga menghormati tradisi leluhur yang kaya akan pesan moral, spiritualitas, dan nilai budaya. Sosok Banaspati mengingatkan kita bahwa dunia nyata dan mistis sering kali saling berkaitan, menciptakan kisah yang tetap relevan sepanjang waktu. [UN]