Penampakan transit camp Batu Lingga Gunung Ciremai jalur pendakian Cibunar Linggarjati. Foto (Tim Admin - BTNGC)
Penampakan transit camp Batu Lingga Gunung Ciremai jalur pendakian Cibunar Linggarjati. Foto (Tim Admin - BTNGC)

Sejumlah lokasi di kawasan Gunung Ciremai, Jawa Barat, banyak menyimpan cerita legenda dari sesepuh setempat. Cerita ini didapatkan secara turun-temurun dari tokoh masyarakat di lereng Gunung Ciremai yang secara administratif berada di Kabupaten Kuningan dan Majalengka.

Salah satu lokasi yang terkenal adalah Batu Lingga di Gunung Ciremai. Batu Lingga Gunung Ciremai ini berada di ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Untuk mencapai lokasi ini, pendaki harus menempuh perjalanan sekitar 2,3 kilometer menuju puncak Gunung Ciremai yang berada di ketinggian 3.078 mdpl. Transit Camp Batu Lingga dapat ditemui jika pendakian dilakukan melalui jalur Linggajati di Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Secara visual, di lokasi Transit Camp Batu Lingga terdapat sebuah batu yang dipagari dahan kayu. Penampakan batu inilah yang oleh Ranger Gunung Ciremai dan masyarakat setempat disebut Batu Lingga.

“Sebenarnya Batu Lingga itu besar. Namun pada medio 2000-an batu tersebut hilang, entah kemana,” kata Ranger Linggajati, Kang Ewer, Kamis (18/2/2021). Menurutnya, beberapa tahun lalu Ranger Gunung Ciremai berinisiatif menyusun kembali Batu Lingga sebagai pertanda cerita dan legenda Gunung Ciremai. Konon ceritanya, Batu Lingga erat kaitannya dengan Sunan Gunung Jati, yakni salah satu Wali Songo dari Kasultanan Cirebon.

“Alkisah, pada abad ke-16 Masehi atau pada prakiraan 1521 sampai 1530, Sunan Gunung Jati melakukan tadabur alam ke Gunung Ciremai via Linggajati. Kanjeng Sunan bermunajat kepada Gusti Allah di tempat ini untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi peperangan melawan penjajah Portugis,” katanya.

Menurut penuturan versi cerita lain, area Batu Lingga diyakini sebagai jalan yang dapat tembus ke kawah ganda. Pasalnya, ketinggian tempat Batu Lingga dipercaya sejajar dengan dasar kawah Gunung Ciremai. “Memang begitu ceritanya. Tapi kita mesti melihat dengan mata batin,” tuturnya.

Dari cerita sejumlah tokoh masyarakat setempat, konon setelah Sunan Gunung Jati tidak berada di Batu Lingga, ada seseorang yang disebut Nyi Linggi datang ke tempat tersebut.

Nyi Linggi hendak menggantikan sang Sunan. Kemudian di tempat itu, Nyi Linggi ditemani dua ekor macan tutul kesayangannya. Tujuan dari tapa itu sendiri untuk mendapatkan ilmu kedigdayaan.

Namun dikisahkan, Nyi Linggi kemudian mengalami kegagalan dalam tapa brata sehingga tidak mendapatkan ilmu yang diinginkan. Lalu Nyi Linggi meninggal dunia, sedangkan dua ekor macan tutul kesayangannya juga raib.

Legenda Batu Lingga di Gunung Ciremai tidak hanya menjadi cerita yang menarik, tetapi juga menyimpan banyak nilai historis dan mistis yang terus hidup di kalangan masyarakat setempat. Sejarah dan mitos yang ada menjadi bagian penting dari kekayaan budaya yang dimiliki oleh kawasan Gunung Ciremai. [UN]