LCCN Untuk Pengolahan Sampah dan Karbon, Apa Keunggulannya?

Prof. Minorl Fuji (jas abu-abu) Peneliti Nasional Institue for Environment Studies (NIES) Jepang dan Direktur PT Sirador Lestari Hijau, Dr. Esrom Hamonangan (baju putih). (foto: Sulindo/Iqyanut Taufik)

Jakarta – PT Sirador Lestari Hijau menggelar acara pengenalan Life Cycle Carbon Neutral (LCCN) di Hotel Balairung Matraman Jakarta pada Rabu (22/1/2025).

LCCN merupakan suatu teknologi yang bisa merealisasikan pengolahan sampah dimana pada teknologi sebelumnya tidak bisa mengolah sampah secara keseluruhan alias harus dipilah terlebih dahulu sebelum di daur ulang.

”Teknologi LCCN ini adalah suatu teknologi yang bisa merealisasikan yang sebelumnya itu tidak bisa, jadi kalau sebelumnya sampah-sampah dibuang dalam bentuk Open Dumping dan banyak yang tidak bisa di recycle tapi kali ini dengan LCCN itu bisa di recycle bisa dimanfaatkan,” Kata Prof. Minorl Fuji, Peneliti Nasional Institue for Environment Studies (NIES) Jepang.

Selain itu, Prof Fuji juga menjelaskan bahwa dalam proses recycle ini sisa karbon bisa dikumpulkan untuk nantinya diolah kembali menjadi bahan baku untuk pembuatan plastik, dan plastik yang dihasilkan bisa diolah kembali menjadi barang yang bermanfaat.

”CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran bisa di tangkap kemudian diolah dengan metode yang lain sehingga menjadi bahan baku pembuatan plastik,” lanjutnya.

Selain permasalahan sampah, pengolahan plastik atau daur ulang plastik juga menjadi fokus teknologi LCCN ini dimana proses pengolahannya, karbon yang dihasilkan sebisa mungkin dijadikan karbon netral.

”Tidak hanya berhenti pada pengolhan plastiknya y, tetapi bagaimana nanti bisa mengatasi (sisa pengolahan) ya menjadi karbon netral,” ungkapnya.

Di Jepang, teknologi LCCN ini masih dalam tahap memulai dikarenakan masih perlu ada konsep yang diubah. Meskipun demikian Prof Fuji menyatakan bahwa dirinya sudah mulai mendiskusikan penerapan LCCN ini dengan para stekholder terkait utamanya perusahaan Kimia dan pemerintah kota di Jepang.

”Jadi kalau di Jepang ini masih baru memulai ya, karena konsepnya harus diubah kan, baru mulai melakukan gebrakan dari sekarang,” katanya.

”Beliau sudah mulai berdiskusi dengan para perusahaan kimia dan Pemerintah Kota di seluruh kota di Jepang,” pungkasnya.

Selain Prof Fuji, Direktur PT Sirador Lestari Hijau, Dr. Esrom Hamonangan juga menyampaikan bahwa LCCN ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan teknologi pengolahan sampah yang sudah ada.

Menurutnya jenis sampah yang bisa di daur ulang itu dibagi menjadi 3 yaitu High Quality, Middle Quality, dan Low Quality. Teknologi yang ada saat ini tidak bisa mengolah sampah low quality, sedangkan LCCN mampu untuk mengolahnya. Keunggulan inilah yang yang diharapkan bisa menjadi tolak ukur penggunaan LCCN dibandingkan alat yang lain.

”Low Quality inilah yang diatasi oleh LCCN, itu keunggulannya itu satu, yang kedua efisiensi dari steam nya, steam nya 80%  dan itu nanti bisa mengganti steam di industri, jadi industrinya tidak usah pakai batubara lagi gitu loh, yang ketiga bisa membuka lapanga kerja baru,” kata Ersom. [IQT]