Proses Pencerahan dari Lembar-Lembar Arsip

KETUA Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bukan semata-mata anak biologis Bung Karno, tapi juga anak ideologisnya. Karena itu, sama seperti sang ayah, Megawati juga menilai pembelajaran sejarah merupakan hal penting bagi suatu bangsa. Salah satunya caranya adalah dengan memberi perhatian yang besar terhadap penyimpanan arsip. “Tanpa arsip, kita tidak akan tahu siapa kita. Tanpa arsip, kita akan tetap menjadi bangsa terbelakang, karena tidak punya bukti-bukti sejarah,” katanya saat membuka pameran bertajuk “Indonesian Archives” di Gedung Sarinah, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, 23 Agustus 2016 lalu.

MegawatiArsip

Pemilihan lokasi pameran itu di Sarinah, lanjutnya, menjadi salah satu bukti sejarah bahwa Bung Karno sudah memiliki pemikiran yang melampaui zamannya, dengan membangun pusat perbelanjaan modern. Pusat perbelanjaan pertama dan juga pencakar langit pertama di Jakarta tersebut mulai dibangun tahun 1963 dan diresmikan pada tahun 1967 oleh Soekarno.

Lebih lanjut dikatakan Megawati, kepustakaan, kearsipan, dan museum adalah bagian dari sejarah. Kearsipan yang dimiliki Indonesia juga sangat potensial untuk menumbuhkan rasa cinta Tanah Air dan bangsa. Selain itu, kearsipan bisa membantu seseorang mencari ilmu pengetahuan.

Tahun lalu, dalam pidatonya pada acara peringatan Hari Arsip Nasional di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta Selatan, Megawati juga menegaskan dukungannya terhadap upaya menjadikan seluruh dokumen Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955 dan Konferensi Tingkat Tinggi Pertama Gerakan Nonblok di Beograd tahun 1961 masuk Memory of the World, yang merupakan program dari UNESCO. “Upaya ini sangat penting. Sebab, menyelamatkan arsip dan dokumen KAA dan GNB merupakan sebuah proses pencerahan,” tutur Megawati.

Upaya itu pun membuahkan hasil. Pada Oktober 2015, UNESCO mengakui secara resmi arsip Konferensi Asia-Afrika sebagai Memory of the World. Megawati pun mengapreasisi peristiwa tersebut. Karena, menurut Mega, Konferensi Asia-Afrika merupakan salah satu tonggak sejarah peran Indonesia dalam mewujudkan negara berkeadilan bagi negara-negara Asia dan Afrika. “Bagi saya, peristiwa ini adalah sebuah konsolidasi semangat antarbangsa untuk benar-benar mendobrak alam penjajahan yang masih ada sehingga, ternyata, konferensi itu melahirkan suatu kesadaran total untuk dapat merebut kemerdekaan,” ujar Megawati saat menghadiri “Sosialisasi Arsip KAA dan Penominasian Arsip Gerakan Nonblok” di Gedung Arsip Nasional, Jakarta, 25 Agustus 2016 lalu.

Jauh sebelum itu, ketika menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia, Megawati juga telah mengingatkan pentingnya arsip. Karena, keberadaan arsip nasional berkaitan erat dengan sejarah bangsa. “Sayangnya, masyarakat Indonesia masih kurang menghargai dan mengerti akan kegunaan arsip nasional,” ungkap Megawati ketika melakukan kunjungan ke Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia pada 4 Mei 2001 lampau. [CHA/PUR]