Koran Sulindo – Nilai tukar rupiah merosot ke tingkat paling rendah terhadap dolar Singapura dalam 26 tahun terakhir. Pada Kamis (27/9), rupiah berada di level Rp 10.968,35 per dolar Singapura di tengah terpaan naiknya suku bunga AS, penularan krisis nilai mata uang dari negara-negara berkembang dan efek “perang dagang” Tiongkok-AS.

Seperti dilaporkan Channel News Asia, merujuk kepada data Bloomberg, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura ke titik terendah baru terjadi kali ini sejak 1992. Tekanan demikian bisa bertahan dalam waktu yang lama, apalagi AS sedang menaikkan suku bunganya dan ditambah kebijakan perang dagangnya.

Ekonom Bank OCBC, Alan Lau menuturkan, pelemahan rupiah itu menguntungkan para wisatawan yang mengunjungi Indonesia. Herman Armando warga Singapura, misalnya, pelemahan rupiah itu memberi banyak keuntungan kepadanya. Karena bagaimanapun juga, ia menjadi bisa lebih sering mengunjungi keluarganya di Indonesia.

Hal serupa juga dirasakan Veronica Song yang acap mengunjungi Batam setiap akhir pekan. Ia menjadi bisa lebih sering mengujungi Batam untuk bertemu dengan teman-temannya. Pasalnya, setelah pelemahan rupiah itu, biaya untuk bepergian ke Batam menjadi lebih terjangkau.

Sedangkan untuk orang Indonesia, pelemahan itu tentu saja membawa kerugian secara bisnis. Itu pula yang dialami Direktur Batam Surya Pertama, JT. Perusahaannya menjadi terbebani karena merosotnya nilai tukar rupiah. Apalagi biaya pengiriman barangnya menjadi meningkat dan harganya masih menggunakan harga lama. [KRG]