Di Kuba, Fidel Castro Tak Pernah Mati

Pemimpin Revolusi Kuba Fidel Castro

Koran Sulindo – Tanpa banyak keriuhan rakyat Kuba memperingati setahun pertama kematian pemimpin ikonik mereka, Fidel Castro Ruz. Meski secara fisik Castro berlalu, warisannya bakal hidup selamanya. Revolusi Kuba.

Revolusi itulah yang selama ini menjadi tengara manusia dan kesejarahan ketika tampil menantang legitimasi kapitalis global. Revolusi Kuba menjadi inspirasi perjuangan tanpa henti melawan sisa dominasi kolonial dan imperialisme AS.

AS menyebut kematian Castro adalah ‘solusi biologis’ atas komunisme di Karibia.

Mengecualikan proyek sosialis di Kuba, kepergian Castro terjadi ketika dunia berada di persimpangan sejarah yang kritis. Gerakan progresif menuju sosialisme dihancurkan dan dikalahkan AS melalui perang, intervensi militer, kudeta dan kampanye destabilitasi.

Sejak kematiannya 25 November tahun lalu, keinginan Castro telah dihormati. Di Kuba, tak ada jalan, alun-alun atau bangunan yang menyandang namanya, juga tidak ada patung atau monumen yang didirikan untuk menghormatinya. Castro sudah hadir di benak rakyat Kuba.

Meski pemerintah tidak menjadwalkan acara untuk memperingati kepergian Castro, slogan-slogan dan semboyan dengan tulisan “Fidel akan selalu hidup” atau “Fidel ada di antara kita” bisa dilihat di seluruh negeri.

Mungkin, satu-satunya peringatan diadakan di Havana University. Tempat di mana Castro sering menyampaikan pidatonya yang panjang dan berapi-api. Di tempat itu juga, Uni Pemuda Komunis bakal menyelenggarakan ‘malam budaya’ yang menandai ‘kematian fisik’ El Comandante.

“Tahun ini kami, rakyat Kuba memendam kesedihan besar namun bercampur dengan sukacita karena dia meninggalkan generasi muda yang jauh lebih baik daripada kami orang tua,” kata Emerido, seorang pensiunan berusia 75 tahun yang menolak menyebut nama belakangnya.

Sementara bagi Leisi Chi, mahasiswa sejarah berusia 22 tahun, mengaku dia masih mengingat betul rasa sakit yang dirasakannya ketika mendengar berita kematian Castro. “Ini menyentuh kita, terutama kaum muda dan rakyat di sini. Castro hidup dalam pikiran kita, budaya kita dan pertarungan gagasan kita.”

Pertarungan Gagasan

Lebih dari setengah abad lalu, ketika Castro memimpin pasukan gerilya menggulingkan kepemimpinan diktator yang korup Fulgencio Batista. Sejak itu aturan komunis berlaku di Kuba dan dengan gagah Castro berani menantang AS.

Castro mengubah Kuba dari yang semula hanya ‘taman bermain’ bagi orang-orang kaya di AS, menjadi simbol manusia yang resisten terhadap kuasa kapitalisme global.

Di bawah kepemimpinan Castro, Kuba kalis dari ancaman blokade ekonomi, tangan-tangan CIA dan politik kotor Washington. Di Kuba, Washington tak hanya sekadar ingin menghancurkan dan melemahkan revolusi namun juga berniat menghapus sejarah sosialisme.

Michel Chossudovsky yang mewawancari Fidel Castro pada Oktober 2010 menyebut, Castro merupakan pribadi dengan integritas luar biasa, dengan pikiran dan rasa humor sekaligus berkomitmen untuk kemajuan sosial dan kemajuan umat manusia. “Dengan kemampuan analisis dan pemahaman yang luar biasa, Castro menyadari bahaya perang dan krisis yang diusung AS ke seluruh dunia.”

Chossudovsky menyebut Castro sangat menyadari mekanisme disinformasi media dan propaganda perang dan bagaimana menggunakannya untuk melemahkan hak-hak sipil dan kemajuan sosial. Pertarungan Gagasan adalah hal yang dipelajari Castro dari kampanye kotor AS yang ditujukan terhadap Revolusi Kuba.

Untuk menangani dan memahami krisis global, selain dibutuhkan komitmen kuat pada kebenaran, analisa terhadap kebohongan dan rekayasa elit korporasi juga penting dilakukan. Castro percaya memenangkan pertarungan gagasan dapat mengubah jalannya sejarah dunia.

Kebenaran, kata Castro, dalam kondisi yang sesuai dapat digunakan sebagai instrumen revolusioner sekaligus katalisator untuk menyeret ‘penjahat’ yang mendukung propaganda dan disinformasi media dalam memberangus gerakan progresif.

Meski menyatakan solidaritasnya atas nama orang-orang Kuba untuk Peristiwa 9/11, Castro menyebut kebohongan dan rekayasa di balik narasi resmi 9/11 pada akhirnya digunakan sebagai dalih pokok AS untuk memerangi musuh-musuh ideologisnya. Pertarungan gagasan adalah bagian dari proses revolusioner, termasuk menentang media-media utama yang menjadi kaki tangan kapitalisme global.

Pertarungan gagasan harus diterjemahkan ke dalam gerakan di seluruh dunia sekaligus memaksa orang bangkit untuk memobilisasi gerakan melawan agenda kapitalisme global. Orang-orang harus berani bangkit menekan pemerintah mereka, mulai dari tingkat lokal di desa dan kota hingga menyebarkan informasi kepada sesama warga negara.  [TGU]