Koran Sulindo – Aktivis hak asasi manusia (HAM) Marielle Franco tewas ditembak di dalam mobilnya pada Rabu malam pekan lalu di Rio de Janeiro, Brasil. Ia dikenal sebagai pembela HAM dan perempuan yang tangguh serta kerap bersuara kritis terhadap pemerintah.
Ia berasal dari Favela da Mare, komunitas rakyat miskin di Rio. Marielle ditembak bersama Anderson Pedro Gomes (sopir) dan penasihatnya yang terluka akibat pecahan peluru. Penyidik kepolisian menjadikan peristiwa ini sebagai kasus pembunuhan berencana.
Menurut laporan Globo.com seperti yang dikutip teleSUR, sehari sebelum ditembak, Marielle sempat mencuitkan status di akun resmi twitter-nya yang mengeluhkan maraknya aksi kekerasan di kota Rio. Juga mempertanyakan tindakan polisi militer karena korban tewas akibat kekerasan terus berjatuhan.
Juga dua minggu sebelum peristiwa penembakan terhadap dirinya, Dewan Kota membentuk komisi khusus dan menunjuk Marielle sebagai pelapor untuk memantau intervensi militer di kota Rio de Janeiro. Dan tiga hari sebelum penembakan, ia mengkritik keras kematian dua pemuda selama operasi militer di Acari.
Perempuan keturunan Afro Brasil itu mengkritik keras kejadian di Acari itu. Ia menuduh polisi militer melanggar dan meneror warga Acari. Setelah kematian dua pemuda itu, polisi menyusuri jalanan dan mengancam warga. Ini acap terjadi dan lewat intervensi militer itu, keadaan malah semakin memburuk, tulis Marielle di akun twitter-nya.
Kematian Marielle itu memicu protes di seluruh penjuru Brasil karena kepopulerannya. Ia dianggap menjadi penyambung “lidah” rakyat miskin terutama di Favela yang populasinya seperempat dari jumlah penduduk Rio. Aparat berjanji akan menyelidiki secara penuh penembakan terhadap Marielle kendati kota itu kini dalam pengawasan militer lantaran melonjaknya kekerasan beberapa waktu lalu.
Hasil penyelidikan sementara kepolisian menyebutkan, pelaku menembakkan pistol sebanyak sembilan kali ke dalam mobil Marielle. Seorang wartawan yang ikut dalam rombongan Marielle disebut selamat dari penembakan tersebut. Dari fakta itu, kepolisian memastikan Marielle dipastikan sudah menjadi target pembunuhan.
Laporan The Guardian menyebutkan, lembaga HAM seperti Human Rights Watch dan Amnesty International mengutuk pembunuhan tersebut. Sedangkan kolega, teman dan politiku ikut berduka dan memberi penghormatan kepada Marielle.
Marielle tumbuh dan besar di komunitas Favela da Mare yang berjumlah 14 ribu jiwa. Sejak 2014, militer dikerahkan ke kota Rio karena jumlah kekerasan meningkat saban hari. Langkah tersebut diambil dengan alasan kekerasan dan kelompok pengguna narkoba terus meningkat. Jumlah tentara yang berada di Rio mencapai 3.200 orang dan mereka acap patroli di komunitas orang miskin. [KRG]