Presiden Joko Widodo dan Agus Harimurti Yudhoyono [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Ramainya warga masyarakat mendatangi pasar murah yang digelar AHY Foundation di kawasan Jakarta Selatan disebut bukti menurunnya daya beli masyarakat. Dan itu disebut sebagai pembenaran atas kritik Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terhadap naiknya harga kebutuhan pokok.

Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono mengatakan, pihaknya menggelar pasar murah itu khusus untuk warga yang kurang mampu. Jumlah kebutuhan pokok yang dijual kepada warga tidak mampu mencapai 1.000 paket.

Tiap-tiap paket terdiri atas 1 kilogram daging, 5 kilogram beras dan 900 mililiter minyak goreng. Jika dijumlahkah total harga paket tersebut mencapai Rp 200 ribu. Namun, AHY Foundation menjualnya hanya dengan seharga Rp 50 ribu per paket. Jumlah paketnya pun segera ludes dibelik masyarakat sekitar kawasan kantor AHY Foundation.

Agus menuturkan, latar belakang AHY Foundation menggelar pasar murah ini mengingat harga kebutuhan pokok acap melonjak menjelang Lebaran. Di sisi lain, kemampuan dan kesempatan masyarakat untuk meningkatkan penghasilannya semakin terbatas.

Dengan demikian, kata Agus, fenomena ramainya masyarakat membeli paket murah sembako itu sejalan dengan kritiknya pada awal Ramadhan lalu. “Di sana-sini terjadi penurunan daya beli, penurunan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya,” kata Agus seperti dikutip Kompas.com pada Rabu (13/6).

Karena kenyataan itu, dan ketimbang semua sibuk membantah tentang penurunan daya beli tersebut, Agus ingin berkontribusi menawarkan solusi walau hanya kecil-kecilan. Terpenting tujuan dan niatnya baik dan masyarakat merasakan manfaatnya.

Soal kritik Agus itu, Staf Khusus Presiden, Ahmad Erani Yustika mengatakan itu kurang tepat. Pasalnya, penurunan daya beli masyarakat dari sisi teori ekonomi harus berdasarkan data-data yang akurat. Sementara, kritik Agus soal daya beli masyarakat sama sekali tanpa dasar alias tidak menggunakan data.

Karena itu, kata Erani, kerangka berpikir demikian kurang tepat. Secara teori, kata Erani, indikator daya beli masyarakat ada 2. Pertama, apabila pendapatan naik dengan asumsi harga barang tidak naik, daya beli masyarakat pasti meningkat. Kedua, apabila harga barang meningkat dengan asumsi pendapatan tetap, barulah daya beli masyarakat menurun.

Karena kritik Agus tanpa didukung data yang akurat, maka Erani mengimbau Agus untuk melengkapinya terlebih dahulu. [KRG]