Hampir segera setelah memangku jabatan Kanselir Jerman, Adolf Hitler mulai menerapkan tindakan hukum terhadap orang-orang Yahudi di Jerman. Pada malam tanggal 9-10 November 1938, massa Nazi menyerang orang-orang Yahudi dan menghancurkan properti mereka.
Peristiwa berdarah ini disebut sebagai Kristallnacht atau Malam Kaca Pecah. Nama ini merujuk pada sampah pecahan kaca yang tertinggal di jalan-jalan setelah aksi vandalisme ini. Kristallnacht juga dikenal sebagai Pogrom November.
Melansir dari situs resmi Britannica, kata ‘pogrom’ merupakan istilah dari bahasa Rusia yang berarti “kehancuran” atau “kerusuhan”, serangan massa, baik yang disetujui atau dibiarkan oleh pihak berwenang, terhadap orang-orang dan harta benda dari suatu kelompok minoritas agama, ras, atau nasional. Istilah ini biasanya digunakan untuk serangan terhadap orang Yahudi di Kekaisaran Rusia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Latar Belakang
Kristallnacht dilatarbelakangi oleh persekusi terhadap kaum Yahudi oleh Nazi di awal kekuasaan Hitler dan penerapan Hukum Nürnberg, yang melarang pernikahan dan hubungan seksual antara orang-orang berdarah Jerman dengan Yahudi. Nazi percaya bahwa hubungan semacam itu berbahaya karena dapat menyebabkan lahirnya anak-anak “ras campuran”.
Selain itu menurut Hukum Nuremberg, seseorang dengan tiga atau empat kakek-nenek Yahudi adalah seorang Yahudi. Seorang kakek-nenek dianggap Yahudi jika mereka termasuk dalam komunitas agama Yahudi. Dengan demikian, Nazi juga mendefinisikan orang Yahudi berdasarkan agama mereka, yakni Yudaisme.
Hukum tersebut juga mengkategorikan beberapa orang di Jerman sebagai “Mischlinge” atau “orang-orang ras campuran”. Nazi memandang Mischlinge bukanlah orang Jerman maupun Yahudi. Mereka adalah orang-orang yang memiliki satu atau dua kakek-nenek Yahudi.
Rezim Nazi mengharuskan individu untuk membuktikan identitas ras kakek-nenek mereka. Untuk melakukannya, orang-orang menggunakan dokumen keagamaan, seperti catatan pembaptisan, catatan komunitas Yahudi, dan batu nisan.
Meskipun awalnya difokuskan pada orang Yahudi, pemerintah Nazi mengklarifikasi bahwa Hukum Nuremberg juga berlaku untuk orang Roma (juga disebut Gipsi), orang kulit hitam, dan keturunan mereka.
Selain kedua peristiwa tersebut, Kristallnacht juga dimotori oleh aksi seorang Yahudi Polandia kelahiran Jerman berusia 17 tahun, Herschel Grynszpan. Ketika dia mengetahui bahwa Nazi telah mengasingkan orang tuanya dari Hanover, Jerman ke Polandia pada musim gugur 1938, dia membalas dendam dengan menembak seorang diplomat Jerman Ernst vom Rath di Paris pada tanggal 7 November.
Perusakan Dimulai
Berita kematian Rath sampai ke telinga Adolf Hitler di Munich, Jerman, saat dia sedang merayakan peringatan kudeta Beer Hall tahun 1923. Di sana, Menteri Propaganda Joseph Goebbels berunding dengan Hitler dan memerintahkan sekelompok mantan anggota Pasukan Badai (Sturmabteilung) untuk melakukan pembalasan dengan kekerasan. Namun mereka harus membuat serangan balas dendam itu terlihat seperti sebuah demontrasi. Arahan dari Munich ini memicu pogrom di seluruh Jerman, termasuk Austria dan Sudetenland.
Vom Rath meninggal pada tanggal 9 November karena lukanya, dan Hitler menghadiri pemakamannya. Tepat sebelum tengah malam pada hari yang sama, kepala Gestapo Heinrich Müller mengirim telegram ke semua unit polisi, memberi tahu mereka bahwa akan ada tindakan terhadap orang Yahudi dan sinagoge mereka di seluruh Jerman.
Massa Nazi, pasukan SS dan warga beramai-ramai membakar dan merusak lebih dari 1000 sinagoge di seluruh Jerman. Para perusuh, yang kebanyakan adalah tetangga, juga menjarah sekitar 7.500 tempat usaha milik Yahudi, menewaskan sedikitnya 91 orang Yahudi, dan merusak tempat bisnis, rumah sakit, rumah, sekolah, dan pemakaman Yahudi.
Nazi mengharuskan polisi untuk menangkap para korban. Perusahaan pemadam kebakaran pun berdiri di dekat sinagoge yang terbakar dengan instruksi untuk menjaga bangunan-bangunan tersebut terbakar. Mereka hanya bergerak jika ada kebakaran yang mengancam properti milik ras Arya.
SS dan Gestapo (Polisi Rahasia Negara) lalu menangkap hingga 30.000 pria Yahudi berusia 16 hingga 60 tahun dan memindahkan sebagian besar dari mereka dari penjara lokal ke kamp konsentrasi di Dachau, Buchenwald, dan Sachsenhausen.
Kristallnacht menyebabkan banyak orang Yahudi menderita kerugian. Biaya kerusakan kaca jendela saja mencapai jutaan Reichsmark. Akan tetapi, pemerintah Nazi menyita semua klaim kompensasi yang dibayarkan perusahaan asuransi kepada orang Yahudi. Reruntuhan sinagoge yang hancur harus dibersihkan oleh komunitas Yahudi. Pemerintah bahkan menganggap komunitas Yahudi-Jerman bertanggung jawab atas segala kerusakan dan mengenakan denda kolektif sebesar satu miliar Reichsmark (sekitar 400 juta dollar pada tahun 1938) kepada komunitas Yahudi.
Pada tanggal 12 November 1938, hanya tiga hari setelah Kristalinacht, pemerintah Nazi melarang orang Yahudi menekuni profesi mereka, termasuk melakukan aktivitas jual beli barang dan bekerja di bidang profesional.
Pada 15 November, pemerintah Nazi melarang orang Yahudi masuk sekolah. Di akhir November , Nazi memberi wewenang kepada pemerintah daerah untuk memberlakukan jam malam. Kemudian pada Desember 1938, Nazi melarang orang Yahudi masuk ke sebagian besar tempat umum di Jerman.
Kebebasan bergerak juga sangat terbatas. Orang Yahudi tidak lagi boleh memiliki SIM, memiliki mobil, atau menggunakan transportasi umum dengan bebas. Orang Yahudi juga dilarang menghadiri bioskop atau tempat kebudayaan lainnya.
Respon Global
Pada tanggal 15 November 1938, Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt menanggapi Kristallnacht dengan mengecam keras gelombang anti-Semitisme dan kekerasan yang meningkat di Jerman.
Meskipun Roosevelt mengutuk kekejaman Nazi, Amerika Serikat menolak untuk melonggarkan pembatasan imigrasi yang berlaku saat itu. Salah satu alasannya adalah kekhawatiran akan ada penyusup Nazi yang masuk dan menetap secara legal di Amerika. Ini mencegah banyak orang Yahudi Jerman berlindung di Amerika.
Respons global terhadap Kristallnacht pun secara keseluruhan sangat lemah. Walau banyak negara memutuskan hubungan diplomatik dengan Jerman dan beberapa lainnya melancarkan protes besar-besaran, tidak ada intervensi global yang dapat menghentikan rencana lebih lanjut untuk memusnahkan kaum Yahudi di Eropa. Sebagian besar negara-negara Barat juga tidak membuka perbatasan bagi para pengungsi Yahudi dari Jerman.
Namun Inggris memfasilitasi apa yang dalam bahasa Jerman disebut sebagai Kindertransport atau transportasi anak-anak. 10.000 anak Yahudi dari Jerman, Austria, dan Cekoslovakia diselamatkan dan melakukan perjalanan sendirian ke Inggris. [BP]