Krisis Rudal Kuba 1962: Akibat dari Ego Dua Negara Adidaya

Salah satu lokasi rudal Uni Soviet di Kuba pada 1962. (sumber: history.com)

Koran Sulindo – Setiap tanggal 14 Oktober dunia mengenang Krisis Rudal Kuba, yaitu ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berkaitan dengan penempatan rudal Soviet di delapan lokasi di Kuba pada 1962.

Merangkum dari berbagai sumber, Krisis Rudal Kuba berawal ketika Amerika Serikat menempatkan 30 rudal nuklir balistik jarak menengah PGM-19 Jupiter di pangkalan udara Italia dan 15 rudal yang sama di Turki pada tahun 1958-1959.

Keberadaan rudal ini di Italia mengancam keamanan Uni Soviet, negara-negara satelitnya, dan angkatan bersenjatanya. Sementara itu, rudal yang ada di Turki mampu menargetkan Moskow dan kota-kota besar Rusia lainnya.

Pada saat yang sama, CIA memimpin pelatihan pasukan paramiliter yang terdiri atas para ekspatriat asal Kuba. Pelatihan ini adalah bagian dari rencana AS untuk menginvasi dan menggulingkan pemerintahan Kuba.

Ini juga mengancam Uni Soviet karena jatuhnya pemerintahan Kuba akan menyebabkan Uni Soviet kehilangan sekutu penting, mengingat secara geografis Kuba sangat berdekatan dengan Amerika Serikat.

Sebagai reaksi atas dua ancaman tersebut, Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev membuat perjanjian rahasia dengan Perdana Menteri Kuba Fidel Castro pada Juli 1962 untuk menempatkan rudal nuklir di delapan lokasi di Kuba guna mencegah invasi Amerika Serikat.

Empat bulan kemudian, tepatnya pada 14 Oktober, sebuah pesawat mata-mata U-2 Amerika secara diam-diam memotret lokasi-lokasi pembangunan rudal nuklir Uni Soviet di Kuba. Laporan ini menggemparkan AS.

Presiden AS John F. Kennedy memutuskan untuk memblokade laut Kuba dengan cara menempatkan cincin kapal. Tujuannya adalah mencegah Soviet membawa lebih banyak perlengkapan militer ke Kuba. Dia juga menuntut pemindahan rudal yang sudah ada di sana dan penghancuran lokasi-lokasinya.

Krisis Memanas

Puncak Krisis Rudal Kuba terjadi pada 24 Oktober ketika 14 kapal Soviet yang bermuatan senjata mendekati area blokade.

Meski kapal-kapal tersebut menerima perintah radio dari Moskow untuk mempertahankan posisi, Menteri Pertahanan AS Robert McNamara melaporkan sebuah kapal selam Soviet ikut mengawal mereka.

Presiden Kennedy memprediksi jika AS menyerang, kru pangkalan rudal di Kuba kemungkinan akan membalas dengan menembakkan beberapa rudal ke AS. Ini akan membahayakan keselamatan warga sipil.

Pada 26 Oktober, Khrushchev menyatakan Soviet akan membongkar lokasi rudal tersebut dengan syarat Amerika Serikat tidak akan menginvasi Kuba.

Namun krisis bertambah parah saat satu pesawat U-2 milik AS secara tidak sengaja terbang ke Soviet dan pesawat lainnya ditembak jatuh di atas Kuba keesokan harinya. Pilot pesawat tersebut tewas.

Khrushchev menanggapi dengan kembali menuntut agar AS tidak menyerang Kuba. Dia juga mendesak AS untuk segera menyingkirkan rudalnya dari Turki di bawah pengawasan PBB.

Ketegangan ini menunjukkan bahwa Krisis Rudal Kuba terjadi akibat dari ego dua negara adidaya tersebut.

Akhir

Setelah rangkaian diskusi panjang, Khrushchev akhirnya mengumumkan pembongkaran rudal Soviet di Kuba pada 28 Oktober dan tidak memaksakan tuntutannya terkait pemindahan rudal AS dari Turki.

Presiden Kennedy sendiri sepakat menghentikan pengawasan udara oleh pesawat U-2 di Kuba dan memerintahkan agar negaranya tidak menyerang kapal-kapal Soviet yang berada di garis blokade. Kemudian pada 21 November, Presiden Kennedy mengakhiri blokade laut di Kuba.

Meskipun Krisis Rudal Kuba telah berakhir, perlombaan senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet terus berlanjut selama masa Perang Dingin. (BP)