Krisis bahan baku garam berdampak pada kenaikan harga [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Krisis garam disebut telah berada di depan mata. Apalagi PT Garam telah kehabisan stok bahan baku garam sejak pertengahan Januari 2016.

Karena itu, kata Direktur Utama PT Garam Ahmad Budiono, pihaknya dan sejumlah industri garam sudah mulai berhenti beroperasi. Salah satunya karena kesulitan mendapatkan bahan baku akibat hujan yang berkepanjangan.

Keluhannya itu akan tetapi menyiratkan kekecewaan terhadap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang belum mengeluarkan rekomendasi impor garam yang telah diajukan perusahaan pelat merah itu. Jumlahnya mencapai 226.124 ton atau sama dengan 30 persen dari total kebutuhan garam konsumsi pada semester I 2017 yakni 700 ribu ton.

Menurut Ahmad, selain sulit mendapatkan bahan baku garam juga berdampak pada harga. Saban hari harga naik. Di Madura umpamanya, harga sudah mencapai Rp 1.350 per kilogram dari harga normal yang hanya Rp 340 hingga Rp 550 per kilogram.

Untuk memecahkan masalah tersebut, Ahmad berupaya mencari pasokan bahan baku garam ke seluruh penjuru Jawa Timur. Hasilnya: nihil. Perusahaan ini karenanya telah menghentikan pasokan garam ke sejumlah daerah seperti Sumatra, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Ia karena itu mendesak pemerintah untuk segera melakukan penyelidikan langsung atas kekosongan bahan baku garam ini. Dengan demikian, bisa langsung mengambil keputusan agar krisis garam yang sudah terjadi itu bisa diatasi.

Sementara itu, KKP tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan mengenai persoalan garam ini. Lembaga ini ingin berkonsolidasi terlebih dahulu sebelum mengeluarkan kebijakan impor garam.

Jika impor dilakukan, Dirjen Pengolahan Ruang Laut KKP Brahmantya Setyamurti Poerwadi mengatakan, pihaknya tidak ingin rekomendasi impor dilakukan secara serentak. Rencananya impor akan dilakukan bertahap yaitu 27 ribu ton per bulan. [KRG]