Krisis Garam di Berbagai Daerah, Harga Melonjak

Ilustrasi/Disperindag Wonosobo

Koran Sulindo – Dalam sepekan terakhir, garam langka di hampir semua daerah. Di Banjarmasin Kalimantan Selatan, harga garam naik sampai 100 persen. Satu kemasan yang sebelumnya cuma Rp1.500 kini menjadi Rp3.000.

Perajin ikan asin di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung juga mengalami hal sama.

“Sulit dapat garam dan sering telat datangnya,” kata Arti (35), perajin ikan asin di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Kamis (27/7), seperti dikutip antaranews.com.

Selain sulit mendapatkan garam sebagai bahan baku pengasinan ikan, harganyapun melambung tinggi.

Kenaikan harga garam itu sudah dirasakan semenjak bulan puasa lalu.

“Mulai terasa bulan puasa kemarin harganya sudah naik, bulan puasa itu per karung isi 50 kg dijual Rp170 ribu dan sekarang naik lagi sudah sampai Rp220 ribu per karung,” kata Arti.

Hal sama juga terjadi di Den Pasar Bali.

“Harga garam lokal mulai merangkak naik mendekati harga Rp10 ribu rupiah per kg dari harga normal hanya 6 ribu rupiah,” kata pedagang garam Nyoman Kerti, di Pasar Badung, Denpasar, Kamis.

Pedagang garam lainnya, Wirjaya, mengatakan kenaikan harga itu akibat kelangkaan barang itu.

“Kelangkaan garam ini terjadi karena minimnya pasokan garam dari luar Jawa. Gagalnya panen akibat cuaca buruk yang terjadi di Bali itulah yang menjadi penyebab kurangnya pasokan garam di Bali,” katanya.

Harga garam kemasan bermerek dan beryodium yang dipasok dari Jawa berkisar Rp2.000 per 175 gram yang dijual per sachet, sedangkan untuk per bal yang berisi 20 sachet dijual Rp65.000.

Di Cirebon, Jawa Barat, harga juga naik hingga 100 persen dan mulai langka di pasaran.

“Sudah susah kalau cari garam di pasar, kalau adapun harganya naik 100 persen,” kata pedagang bumbu masakan eceran, Hartati di Cirebon, Kamis.

Kenaikan harga garam sudah berlangsung setelah Lebaran dan sampai sekarang terus naik.

“Sudah lama naiknya, tapi kalau kelangkaan garam itu baru-baru ini, dimana pasokannya juga kurang,” kata Hartati.

Sama seperti petani garam di Bali, di Cirebon hasil panen garam juga turun drastis, terutama karena cuaca tak menentu dan terkadang masih turun hujan. Selain itu panas juga berkurang dan angin yang cukup besar.

“Musim pengolahan kali ini tidak bisa maksimal yang biasanya lahan 4.000 meter bisa menghasilkan 20 ton, sekarang dua kwintal saja sulit,” kata seorang petani garam asal Kecamatan Pangenan Cirebon, Junasih.

Regulasi Impor Garam

Sementara itu Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan, mengatakan krisis garam ini berdampak luas di masyarakat.

“Semua terkena terdampak, tidak hanya masyarakat menengah ke bawah, tetapi juga kalangan industri,” kata Daniel, di Jakarta, Kamis.

Menurut Daniel, krisis tersebut terjadi antara lain karena kesalahan manajemen yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

“Masalah ini sebenarnya sudah diketahui sejak tahun 2016. Data produksi dan data kebutuhan sudah ada, dan Menteri Kelautan dan perikanan sudah paham ada kekurangan tetapi impor ditahan,” katanya.

Adapun KKP menyatakan saat ini sedang menyusun regulasi pengendalian impor komoditas garam, berkoordinasi serta memperkuat sinergi dengan sejumlah instansi terkait lain.

“Saat ini KKP juga sedang menyusun Peraturan Menteri tentang pengendalian impor komoditas pergaraman,” kata Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti, lewat rilis media.

Permen itu turunan dari UU Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam

Menurut Brahmantya, kelangkaan garam nasional terjadi karena petambak garam di beberapa daerah sentra penghasil garam belum mulai panen. KKP menyebut telah melakukan berbagai upaya, termasuk verifikasi lapangan. Hasil verifikasi ini akan ditelaah dan menjadi dasar penerbitan rekomendasi impor bahan baku garam konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku garam konsumsi.

Presiden akan Cek Langsung

Kelangkaan garam ini sudah didengar Presiden Joko Widodo, langsung datang dari sejumlah pimpinan pemerintah daerah.

“Masalah garam memang disampaikan banyak oleh bupati, wali kota, dan gubernur. Kita ingat bahwa musim hujan sekarang ini juga agak mundur sehingga produksi garam di petani juga agak turun,” kata Presiden Jokowi, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (27/7), seperti dikutip setneg.go.id.

Jokowi mengatakan akan turun langsung menanyakan permasalahan yang ada kepada jajaran terkait.

“Saya nanti akan cek langsung ke beberapa menteri dan BUMN terkait. Saya akan lihat masalahnya apa. Kalau ada masalah di pasokan, distribusi, ya itu yang akan kita selesaikan,” kata Jokowi. [DAS]