Kerusakan akibat gempa 7,6 SR di perfektur Ishikawa, Jepang. Tampak puing bangunan yang runtuh akibat kuatnya gempa -Reuters
Kerusakan akibat gempa 7,6 SR di perfektur Ishikawa, Jepang. Tampak puing bangunan yang runtuh akibat kuatnya gempa -Reuters

GEMPA 7,6 skala richter (SR) yang melanda Jepang pada 1 Januari 2023 berdampak pada rusaknya ribuan bangunan baik rumah maupun gedung perkantoran. Akibat gempa tersebut dilaporkan 30 orang tewas dan masih banyak korban belum ditemukan.

Gempa yang berpusat di Jepang bagian tengah yaitu di perfektur Ishikawa juga mengakibatkan pemadaman listrik ditengah udara dingin. lebih dari 50.000 warga terpaksa mengadapi musim dingin tanpa listrik.

Perdana Menteri Jepang, Kishida, menyatakan gempa telah mengakibatkan kerusakan hebat di berbagai tempat. Selain gedung runtuh keadaan diperparah dengan kebakaran setelah gempa.

“Kami terus berpacu dengan waktu untuk mencari dan menyelamatkan korban bencana,” kata PM Kishida

Pemerintah lokal di Ishikawa juga telah mengkonfirmasi pihaknya menemukan 30 orang korban tewas. Adapun korban tewas tersebar di beberapa lokasi. 15 korban ditemukan di kota Wajima, 6 orang di Nanao, dua aorang di Anamizu, satu orang di Hakui dan Shika.

Hingga kini tim pencari masih melakukan evakuasi terhadap korban tewas, luka-luka serta melakukan pencarian terhadap korban yang belum ditemukan.

Namun upaya pencarian dan evakuasi korban masih terkendala akibat sebagian besar jalan tertutup reruntuhan bangunan dan kendaraan yang rusak.

Kendala lain adalah banyaknya fasilitas kesehatan dan rumah sakit yang turut mengalami kerusakan dan pemadaman listrik. Sehingga upaya emergency juga penangan korban semakin rumit.

Warga negara Indonesia di Jepang mengungsi

Gempa 7,6 SR juga dialami oleh warga negara Indonesia yang sedang berada di Jepang. Mereka turut merasakan kuatnya gempa dan ikut mengungsi ke dataran tinggi akibat adanya peringatan tsunami.

Saat itu ada sekitar 18 orang WNI yang tinggal di kota Suzu, Ishikawa, pusat terjadinya gempa. Warga Indonesia di Ishikawa banyak bekerja di kapal perikanan dan tinggal di asrama yang terletak di tepi pantai.

Akibat gempa para WNI terpaksa mengungsi ke bangunan di atas bukit untuk menghindari tsunami. Mereka mengungsi karena berada di wilayah yang sangat dekat dengan laut.

“Jaraknya dari laut itu dekat sekali, cuma 200 meter keliatan laut dari asrama menuju bukit. Karena ada peringatan tsunami jadi lari semua ke atas bukit,” kata Rizal Sokobiki, WNI asal Tuban, Jawa Timur, sebagaimana dilansir BBC.

Pada pagi ini (2/1) ebagian warga Indonesia di daerah terdampak gempa Jepang sudah boleh meninggalkan tempat pengungsian. Meski demikian, pemerintah setempat tetap meminta warga berhati-hati akan kemungkinan gempa susulan dan reruntuhan bangunan di sekitar lokasi.

KBRI Tokyo mencatat ada 1.315 warga Indonesia berada di Prefektur Ishikawa. Untuk itu pemerintah tengah menyiapkan pengiriman bantuan bagi warga terdampak. [DES]