Koran Sulindo – Serangan teroris di dua masjid Christchurch, Selandia Baru telah menunjukkan kepada dunia siapa sesungguhnya teroris. Kendati serangan itu menyebabkan duka mendalam untuk dunia, keluarga dan korban yang selamat memastikan teroris tidak bisa menghancurkan mereka.
Salwa Mustafa, pengungsi Suriah kehilangan suaminya dalam peristiwa serangan teroris yang dilakukan seorang pria ultra-nasionalis di Masjid Al Noor. Bersama putranya yang selamat yang tertembak di kakinya, Mustafa menyampaikan pesan yang kuat kepada dunia.
“Jika mereka berpikir bisa menghancurkan kita, mereka salah. Apa yang terjadi membuat kita lebih kuat, karena kita bukan teroris,” kata Mustafa sambil memegang tangan anaknya seperti diberitakan Channel News Asia pada Jumat (22/3).
Mustafa menuturkan, orang-orang umumnya menilai Muslim adalah teroris. Namun, dengan kejadian di Masjid Al Noor, dunia kini tahu siapa yang menjadi teroris. Muslim adalah orang-orang yang cinta perdamaian dan bukan teroris.
Oleh karena itu, ia berharap dunia kini bisa memahami Islam yang sebenarnya dan fakta tentang Islam. Suami Mustafa, Khalid Mustafa dan putranya, Hamza, 15 tahun adalah dua korban pertama penembakan di Masjid Al Noor. Keluarga ini tiba di Selandia Baru pada tahun lalu sebagai pengungsi, korban dari perang agresi Amerika Serikat (AS) lewat sekutunya ke Suriah.
Pelaku penembakan yang merupakan teroris itu adalah Brenton Tarrant yang berasal dari Australia. Ia sebelum melakukan serangan telah mengumumkan motif dan manifesto yang tidak jelas tentang keinginan untuk memerangi Muslim yang dinilai “menjajah” negaranya.
Dalam keterangan resminya di depan media massa, Mustafa bersama putranya, Zaid, 13 tahun berterima kasih kepada warga Selandia Baru karena telah menyampaikan solidaritasnya secara nasional. Zaid hanya mampu duduk di kursi roda dan kakinya yang terluka pun diselimuti kain.
Ia mengaku sangat terpukul dengan kematian ayah dan kakaknya. Zaid sambil menyeka air matanya mengatakan, akan lebih baik jika dirinya saja yang menjadi korban, sedangkan ayah serta saudaranya tetap hidup, maka itu akan lebih baik.
Tetapi setelah kejadian itu, ia bersumpah akan tetap hidup untuk ayah dan kakaknya. Ia tidak akan bersedih-sedih sepanjang waktu karena itu hanya menjadi pekerjaan yang sia-sia. Zaid bahkan akan kembali salat di Masjid Al Noor apabila nanti masjid itu sudah dibuka kembali. [KRG]