Perang Israel-Palestina yang berpusat di Jalur Gaza memicu ketegangan di kawasan Timur Tengah. Tensi semakin meninggi dengan kehadiran armada tempur dari berbagai negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS) dan Cina.
Kehadiran AS di kawasan Timur Tengah sebagai dukungan terhadap Israel dalam perang di Gaza meningkat dengan pengiriman kapal induk USS Gerald R Ford dan bantuan persenjataan.
AS menambah bantuan militer untuk Israel dengan pengerahan beberapa kapal perang dan pesawat tempur di dekat wilayah Israel pada pertengahan Oktober 2023. Meski banyak mendapat kecaman Pemerintahan Joe Biden bergeming.
Langkah AS serta-merta disusul oleh Cina yang memiliki banyak sekutu dan investasi di wilayah tersebut.
Dilaporkan, tentara Pembebasan Rakyat China (Chinese People’s Liberation Army/PLA) dilaporkan mengerahkan enam kapal perang di Timur Tengah pada awal November 2023.
Satuan tugas pengawalan angkatan laut ke-44 PLA disebut berada di Oman melakukan latihan bersama dengan Angkatan Laut Oman dalam operasi rutin yang melibatkan kapal-kapal tersebut sejak Mei.
Keenam kapal perang itu sendiri terdiri dari kapal perusak berpeluru kendali, kapal pasokan terintegrasi, hingga kapal fregat. Kapal perang ini, termasuk Zibo, kapal perusak berpeluru kendali Tipe 052D, fregat Jingzhou, dan kapal pasokan terintegrasi Qiandaohu. Pengerahan ini merupakan bagian dari gugus tugas pengawalan angkatan laut ke-44 PLA.
Meskipun Tiongkok belum mengumumkan rencana evakuasi warga negaranya dari Palestina, Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyarankan warga Tiongkok untuk meninggalkan daerah tersebut sesegera mungkin menggunakan penerbangan komersial.
Perang Israel-Palestina Meluas
Situasi perang yang dilancarkan Israel dilaporkan semakin meluas hingga melibatkan faksi perlawanan dari negara lain di Libanon dan Suriah. Terbaru, Kelompok milisi Syiah di Lebanon, Hizbullah, melancarkan serangan yang menghantam pos tentara Israel menggunakan rudal volcano, Sabtu (4/11).
Eskalasi ini terjadi sehari setelah pemimpin Hizbullah, Sayyid Hassan Nasrallah menyampaikan pernyataan publik pertama terkait perang Hamas vs Israel. Dalam waktu bersamaan, pesawat-pesawat tempur Israel melakukan serangan udara di sepanjang perbatasan Lebanon.
Namun yang terparah adalah kondisi di Gaza yang luluh lantak dengan ratusan ribu orang terkepung di dalam wilayah tersebut. Korban tewas akibat perang Hamas dan Israel hingga awal November ini telah mencapai lebih dari 8.700 orang, dengan 1.400 di pihak Israel. Dari total jumlah tersebut, 3.000 di antaranya adalah anak-anak.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan sistem kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina, saat ini berada di ambang kehancuran total.
“Sistem kemanusiaan di Gaza sedang menghadapi kehancuran total dengan dampak yang tidak terbayangkan bagi lebih dari 2 juta warga sipil,” kata Guterres dalam pernyataan resmi di situs PBB, Jumat (27/10).
Ia mengatakan di tengah bombardir Gaza yang semakin intensif, kebutuhan dasar bagi warga sipil pun semakin kritis.
Sejak perang Hamas vs Israel pecah 7 Oktober lalu, warga sipil yang terisolir di Gaza terus mengalami krisis kemanusiaan hebat di bawah blokade total Israel.
Mereka kesulitan mendapatkan air, makanan, listrik, hingga bahan bakar untuk bertahan hidup di tengah perang yang berkecamuk tersebut.
Bukan cuma warga, berbagai rumah sakit di seluruh Gaza juga turut terkena imbas blokade ini. Rumah sakit tak bisa lagi menggunakan peralatan listrik, sehingga pasien-pasien dengan perawatan intensif berisiko meregang nyawa. [DES]