Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan kecelakaan seperti jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 dengan tujuan Jakarta – Pangkalpinang merupakan risiko dari transportasi. Disebutkan dimana ada transportasi, maka kemungkinan akan kecelakaan pasti ada.

“Di mana-mana seperti itu,” kata Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko seperti dikutip Channel News Asia pada Selasa (30/10).

Ia menuturkan, kecelakaan yang menimpa pesawat udara jenis Boeing 737 tipe MAX-800 itu sungguh menyedihkan. Sebagai pejabat KNKT, pihaknya selalu bekerja dan berharap kecelakaan demikian tidak akan terjadi lagi. Dan jika terjadi, maka itu adalah risiko transportasi.

Pernyataan Haryo itu menanggapi pertanyaan wartawan tentang kemungkinan kendala teknis pesawat yang menjadi penyebab kecelakaan. Dan mungkin juga akan dialami perusahaan maskapai lainnya dengan jenis dan tipe pesawat yang sama. Apalagi itu akan berdampak kepada reputasi keselamatan penerbangan Indonesia.

Untuk sementara ini, penumpang pesawat Lion Air JT-610 yang berjumlah 189 orang itu dipastikan tidak ada yang selamat. Kecelakaan ini mengingatkan kita pada kasus serupa yang dialami pesawat udara Air Asia sekitar 4 tahun lalu yang juga menewaskan seluruh penumpang pesawat. Juga insiden-insiden lainnya dalam beberapa tahun terakhir.

“Kita perlu lebih banyak berdoa,” kata Haryo menambahkan.

KNKT sedang menyelidiki tahap awal penyebab terjadinya kecelakaan pesawat udara Lion Air JT-610 yang jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat. Pesawat ini jatuh setelah sekitar 13 menit lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta. Pilotnya sempat meminta untuk kembali ke pangkalan karena mengalami kendala teknis.

Menurut penyelidik, Ony Soerjo Wibowo, pihaknya sedang memeriksa rekaman suara pilot dalam flight control pesawat, termasuk suara ketika meminta untuk kembali ke bandara. Namun, Ony menolak menjelaskan lebih jauh tentang temuannya itu.

“Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan analisis, verifikasi, evaluasi, dan membandingkan dengan data lain,” kata Ony.

Sebuah laporan awal penyelidikan atas jatuhnya pesawat ini akan memakan waktu sebulan. Sementara untuk menganalisis kotak hitam yang masih berada di dasar laut membutuhkan waktu sekitar satu tahun. [KRG]