Koran Sulindo – Temuan-temuan baru tentang penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 pada akhir Oktober tahun lalu mulai muncul sedikit demi sedikit ke publik. Salah satunya diduga pilot tidak mengikuti pelatihan yang cukup untuk menangani keadaan darurat.

Buktinya sebagaimana yang dilaporkan Channel News Asia pada Kamis (21/3), rekaman suara kokpit JT-610 buatan Boeing 737-MAX-8 menunjukkan pilot pesawat justru sibuk mencari petunjuk di buku pegangan ketika mengalami masalah kecepatan udara dan ketinggian. Dari rekaman itu diduga ada kepanikan dalam kokpit.

“Itu dalam 20 detik terakhir penerbangan,” kata penyelidik Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia Nurcahyo Utomo.

Rincian data tentang apa yang terjadi di kokpit berdasarkan 3 sumber rekaman. Karena itu, KNKT telah memiliki data sekitar 90 persen untuk mengumumkan hasil akhir laporan mereka tentang penyebab jatuhnya pesawat Lion Air di Perairan Karawang, Jawa Barat yang menewaskans sekitar 189 penumpang.

Rencananya hasil akhir laporan tersebut akan diumumkan pada Agustus nanti. Dikatakan Nurcahyo, sekitar 20 detik terakhir penerbangan, pilot merasa tidak bisa lagi menguasai penerbangan. Kemudian, muncul kepanikan. Akan tetapi, ia menolak untuk menyebutkan pilot yang mengalami kepanikan itu.

Penyelidikan terhadap Boeing 737-MAX-8 menjadi sesuatu yang penting dan mendesak. Itu setelah kecelakaan serupa dialami Ethiopia Airlines sekitar dua pekan lalu dan menewaskan 157 orang. Dua kecelakaan dalam 5 bulan terakhir dalam dunia penerbangan tidaklah lazim terjadi. Oleh karenanya dibutuhkan penyelidikan mendalam tentang Boeing 737-MAX-8.

Lembaga semacam KNKT milik Prancis menyebutkan data rekaman penerbangan kecelakaan Ethiopia menunjukkan kesamaan yang jelas dengan jatuhnya Lion Air JT-610. Karena itu, penyelidik KNKT Indonesia di antara faktor lainnya sedang mempertimbangkan apakah pilot mendapatkan pelatihan yang cukup ketika menghadapi keadaan darurat dengan tepat. Terutama ketika penerbangan menggunakan automatis. [KRG]