Klaim Menteri Perdagangan (Mendag) M. Lutfi mengenai stok minyak goreng berlimpah dibantah oleh banyak pihak, salah satunya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
“Ketika Mendag katakan (minyak goreng) melimpah dan banyak, faktanya tidak sampai lapangan, ini jadi klaim kosong. Apa buktinya barang banyak faktanya malah (masyarakat) kesulitan mendapatkan minyak goreng,” kata Ketua Umum YLKI Tulus Abadi kepada media, Kamis (10/3).
Saking sulitnya mendapatkan minyak goreng, Tulus menyebut saat ini mulai terjadi pengoplosan minyak goreng di tengah masyarakat.
“Sekarang malah ada minyak oplosan karena harga tidak sesuai dan langka, jadi di beberapa tempat ada kejadian minyak oplosan. Ini yang harus diantisipasi,” ujarnya.
Sebelumnya, Mendag M. Lutfi mengklaim minyak goreng berlimpah setelah pemerintah menyiapkan ratusan juta liter minyak goreng untuk seluruh masyarakat.
“Kita sudah siapkan 393 juta liter untuk seluruh Indonesia, jadi barangnya ini melimpah sebenarnya,” kata Lutfi.
Selain itu Mendag juga mensinyalir adanya masalah kelambatan distribusi dan penimbunan yang menjadi penyebab kelangkaan minyak goreng dan tingginya harga.
Menanggapi isu penimbunan, YLKI meminta Kementerian Perdagangan membuktikan tudingan masyarakat telah menyetok minyak goreng di rumah lantaran panic buying sehingga menyebabkan kelangkaan.
Menurut YLKI alih-alih menuduh masyarakat, seharusnya Kementerian Perdagangan juga mengkaji ulang kebijakan terkait distribusi subsidi minyak goreng.
Saat ini rata-rata harga minyak goreng di pasar tradisional berada di kisaran Rp 18.000 per liter, bahkan di beberapa daerah jauh lebih tinggi lagi.
Harga rata-rata minyak tersebut jauh dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 11.500 untuk minyak goreng curah, Rp 13.500 untuk kemasan sederhana, dan Rp 14.000 per liter untuk kemasan premium. [DES]