Kisah Seorang Benyamin Suaeb

Benyamin Suaeb

SEMASA  hidup, Benyamin dikenal sebagai aktor, pelawak, penyanyi, serta sutradara film Tanah Air. Ia memulai kariernya di industri hiburan Tanah Air sejak tahun 1950.

Benyamin Suaeb masuk ke dalam daftar The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa versi majalah Rolling Stone Indonesia.

Lahir dengan nama Bunjamin Suaeb, di Jakarta 5 Maret 1939, Ben merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara. Bapaknya, Suaeb berdarah Jawa sedangkan ibunya Siti Aisyah, asli Betawi. Haji Ung, kakek Ben dari pihak ibu merupakan tokoh terpandang di Kemayoran. Kabarnya, ia merupakan keturunan Si Jago, seorang pendekar Betawi terkenal yang namanya diabadikan sebagai nama tempat, yaitu Bendungan Jago.

Ben kecil mengalami masa kecil yang cukup sulit. Kehidupan rumah tangga orang tuanya berantakan. Saat Ben lahir, bapaknya punya dua orang istri.

Ia harus kehilangan bapaknya ketika berumur dua tahun. Suaeb meninggal di Belitung dan ibu Ben harus berjuang seorang diri dengan membuka usaha jahit.

Karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak menentu, si kocak Ben diijinkan ngamen keliling kampung sejak usia tiga tahun. Benyamin sering mengamen ke tetangga menyanyikan lagu Sunda Ujang-Ujang Nur sambil bergoyang badan. Orang yang melihat aksinya menjadi tertawa lalu memberinya recehan 5 sen dan sepotong kue sebagai imbalan.

Saat usianya tujuh tahun Ben sekolah di Sekolah Rakyat Bendungan Jago, ia bukan termasuk anak yang pintar. Kemudian Ben sempat sekolah di Bandung bersama abangnya, Saidi.

Ben dan saidi bersekolah di Sekolah Rakyat Santo Yusuf, Bandung. Keduanya menumpang di rumah Otto Soeprapto, abang mereka. Otto yang bekerja sebagai pegawai kereta api sangat keras dan disiplin. Sangat berbeda dengan gaya hidup Ben semasa di Kemayoran.

Ben dan Saidi tidak begitu lama tinggal di Bandung kemudian pendidikan dilanjutkan di Jakarta yaitu di Perguruan Sosial Indonesia (PEPSI) di Cikini. Tak lama kemudian Ben melanjutkan sekolah di SMA Taman Siswa Kemayoran. Walau nakal namun Ben adalah tipe orang yang bertanggung jawab dan solider terhadap teman.

Teman-teman satu almamater Ben antara lain, Syumanjaya, sutradara terkenal, lalu Misbach Yusa Biran, penulis skenario. Juga Ateng Soeripto seorang pelawak, walaupun beda angkatan, karena ketika Ben sudah SMA Ateng masih di SMP.

Bahkan sebenarnya Ben pernah bercita-cita sebagai pilot namun urung dilakukan karena ibunya tidak mengizinkan. Kemudian Ben kuliah di Akademi Manajemen Sawerigading, walau hanya sampai semester dua. Sembari kuliah Ben ngamen di beberapa klub malam di Jakarta sambil tetap bermain bola. Karena hobinya bermain bola ini juga lah yang membawanya menjadi pegawai PPD. Ben pun menjadi kernet bus trayek Lapangan Banteng – Pasar Rumput.

Pada 2 Oktober 1959 Ben menikahi Noni, seorang gadis tetangga yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Ketika anak pertama pasangan ini lahir diberi lah nama Beib Habani Benyamin. Tak lama kemudian Ben pindah kerja ke pabrik asbes semen, disini karir Ben mulai menanjak yang berakibat pada ekonomi keluarga menjadi lebih baik. Kemudian ia mampu membeli sepeda motor dan sebuah rumah di Gang Bugis, walaupun sebenarnya ia mendapat jatah rumah dinas di Kemayoran. Ben dan Noni dikaruniai lima anak, Beib Habani, Bob Benito, Biem Triany, Beno Rachmat dan Benny Pandawa.

Nasib malang tak dapat ditolak ketika ditengah puncak karirnya, Ben kena PHK, karena pabrik tempatnya bekerja bangkrut. Ben pun kemudian kembali ngamen dan Noni berjualan pisang goreng keliling kampung.

Nasib baik ternyata tidak pernah meninggalkan Benyamin Suaeb, karirnya sebagai pelawak, penyanyi dan pemain film berkembang dengan pesat, setelah lagu pertamanya diterima oleh Bing Slamet. Sejak saat itu lah Ben dikenal sebagai ikon Betawi.

Sepanjang perjalanan karirnya di dunia hiburan, Ben telah menghasilkan setidaknya 4 album musik betawi, dan ratusan karya lagu.

Ben juga telah membintangi 53 film di Tanah Air dan menerima puluhan penghargaan di berbagai ajang. Beberapa lagu miliknya yang sangat populer antara lain berjudul “Ondel-ondel”, “Sang Bango”, “Markonah”, “Kompor Mleduk”, “Tukang Garem”, dan “Nyai Dasimah”. Selain bernyanyi dengan kelompok musiknya, Benyamin Sueb mengajak Ida Royani untuk berkolaborasi. Beberapa lagu yang sukses yang telah dirilis berjudul “Abang Pulang”, “Bini Tua”, “Aturan Asyik”, “Hujan Gerimis” dan lainnya.

Ben ternyata juga adalah pendiri Radio FM yang diberi nama Bens Radio, pada 5 Maret 1990.

Selain berkarir sebagai penyanyi, Ben terjun ke dunia seni peran. Ia pernah membintangi beberapa film populer pada zamannya. Di antaranya Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Si Doel Anak Betawi (1972) dan Intan Berduri (1972). Bahkan berkat perannya dalam film Intan Berduri, pria kelahiran 5 Maret 1939 berhasil memenangkan Piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik.

Bersamaan dengan menanjaknya karir Ben perkawinannya dengan Noni pun berantakan. Namun Ben segera menemukan penggantinya, yaitu seorang gadis muda asal Kediri, bernama Alfiah, yang dinikahi Ben ketika masih berusia 17 tahun. Dari perkawinan ini lahir empat orang anak; Bayi Nurhayati, Billy Sabila, Bianca Belladina dan Belinda Sahadati Amri.

Karir Ben tetap berkibar hingga kepergiannya pada 5 September 1995, karena serangan Jantung. Seniman legendaris ini dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta.

Pada 6 Desember 1995, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengabadikan nama Benyamin Sueb sebagai nama jalan di daerah Kemayoran. Kemudian, pada 2011, Benyamin Sueb juga menerima Penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Negara, Jakarta, yang diterima oleh ahli warisnya. Selain itu, pada 2018, Pemprov DKI Jakarta meresmikan Taman Benyamin Sueb di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. [S21]