Koran Sulindo – Selama masa kekuasaan Stalin dari tahun 1924 hingga 1953, spionase menjadi salah satu aktivitas yang paling banyak dilakukan di Uni Soviet. Partai Komunis Soviet kala itu memiliki banyak mata-mata terkenal, salah satunya Richard Sorge.
Richard Sorge sering disebut sebagai seorang master mata-mata karena keberhasilannya yang luar biasa dalam memberikan informasi penting kepada Uni Soviet selama Perang Dunia II. Dia juga dikenal karena mendirikan jaringan mata-mata di China dan Jepang serta menginfiltrasi Nazi.
Sorge lahir di Baku, Kekaisaran Rusia (sekarang Azerbaijan) pada 4 Oktober 1895. Dia adalah anak kesembilan dari pasangan Gustav Wilhelm Richard Sorge dan Nina Semionovna Kobieleva. Ayahnya adalah seorang insinyur pertambangan Jerman dan ibunya berasal dari Kekaisaran Rusia.
Sewaktu masih sekolah, Sorge adalah seorang murid pemberontak. Dia menentang peraturan, keras kepala, suka melawan, dan jarang bicara. Namun, dia jauh lebih unggul dalam pelajaran sejarah, sastra, filsafat, dan ilmu politik dari teman-teman sekelasnya.
Ketika Perang Dunia I pecah, Sorge bergabung dengan Angkatan Darat Jerman. Pada bulan Juni 1915, unitnya dipindahkan ke Front Timur. Dia dikenal sebagai seorang prajurit pemberani dan dianugerahi medali Iron Cross.
Pada bulan Maret 1916, Sorge terluka parah: kedua kakinya patah karena pecahan peluru. Saat di rumah sakit, dia mulai menjalin hubungan dengan salah seorang perawatnya. Selama beberapa bulan berikutnya, dia bertemu dengan ayah wanita itu dan diperkenalkan dengan Marxisme.
Karena tidak cukup bugar untuk kembali ke garis depan, Sorge diizinkan untuk belajar di Universitas Berlin dan Universitas Kiel. Dia lalu meraih gelar doktor di Universitas Hamburg.
Pada masa ini ketertarikannya terhadap Marxisme menguat. Dia terutama bangga dengan fakta bahwa paman buyutnya, Friedrich Sorge, adalah salah satu sosialis radikal terpenting di abad ke-19. Ini mendorongnya untuk bergabung dalam sebuah pertemuan sosialis pada tanggal 28 September 1864.
Pertemuan itu dihadiri oleh sejumlah tokoh terkenal, seperti Karl Marx, Friedrich Engels, Wilhelm Liebknecht, August Bebel, Élisée Reclus, Ferdinand Lassalle, William Greene, Pierre-Joseph Proudhon dan Louis Auguste Blanqui. Mereka berniat membentuk Asosiasi Pekerja Internasional. Sorge juga bergabung dengan Partai Komunis Jerman (KPD) pada tahun 1919.
Setahun kemudian, Sorge bekerja sebagai penambang batu bara agar dapat mempelajari lebih lanjut tentang para pekerja. Dua tahun kemudian, dia menekuni pekerjaan sambilan sebagai guru dan wartawan. Dia mulai menjalin hubungan asmara dengan Christiane Gerlach, istri Kurt Albert Gerlach, yang merupakan salah satu mantan profesornya. Mereka menikah setelah Kurt Gerlach meninggal karena diabetes, lalu bergabung dengan kelompok revolusioner yang meliputi Hede Massing, Gerhart Eisler, Georg Lukács, dan Julian Gumperz.
Pengabdian Sorge terhadap tujuan komunisme dan kemampuan intelektualnya segera menarik perhatian Intelijen Soviet. Pada tahun 1924, Sorge harus bertanggung jawab atas keamanan sekelompok delegasi Soviet yang menghadiri kongres KPD di Frankfurt. Salah satu delegasi, Osip Piatnitsky, seorang pejabat senior Komunis Internasional, menganggap Sorge mengesankan dan merekrutnya untuk bekerja di Moskow.
Menjadi Mata-mata Soviet
Sorge resmi menjadi mata-mata untuk Uni Soviet pada tahun 1925. Ini mengharuskannya untuk mengundurkan diri dari KPD dan menjadi agen Divisi Intelijen Komintern. Sorge dilatih oleh Nikolai Yablin, yang seorang kelahiran Bulgaria yang beremigrasi ke Uni Soviet setelah Revolusi Rusia.
Selama mengikuti pelatihan mata-mata, Sorge membuat kaget rekan-rekan Marxis-nya dengan ketertarikannya yang besar pada Nazisme, fasisme, dan anti-Semitisme. Dia juga mendirikan arsip untuk cabang-cabang ini dan segera menjadi salah satu pakar Nazisme yang paling berpengetahuan.
Pada 1927, Sorge mulai menjalani aktivitasnya sebagai seorang mata-mata Soviet. Berkedok sebagai wartawan lepas Jerman, dia dikirim ke Los Angeles untuk membuat laporan terperinci tentang industri film Hollywood. Tahun berikutnya dia mengunjungi Inggris untuk mempelajari gerakan buruh, status Partai komunis, dan kondisi politik dan ekonomi di Inggris. Saat berada di London, dia ditemukan oleh agen MI5, yang merupakan seorang mantan anggota KPD, dan diminta meninggalkan negara itu.
Pada bulan November 1929, Sorge diperintahkan oleh Administrasi Politik Pemerintah (GPU) untuk bergabung dengan Partai Nazi dan memutuskan kontak dengan teman-teman sayap kirinya. Ini adalah tugas yang sangat berbahaya sebab dia memiliki catatan kepolisian yang terdokumentasi dengan baik. Pada dasarnya, Sorge disuruh masuk ke sarang singa.
Tapi dia berhasil meyakinkan orang-orang bahwa dia adalah seorang fasis. Seorang wartawan Jepang menyebut Sorge memiliki karakter tipikal seorang Nazi, seperti suka bertualang, sombong, pemarah, dan suka minum. Hede Massing juga menyebut bahwa Sorge membaca banyak sekali hal yang dapat dia temukan, membiasakan diri dengan frasa dan sentimen Nazi, dan hampir menghafal Mein Kampf.
Pada tahun 1930, Sorge pergi ke China untuk mendirikan jaringan mata-mata dan mulai mengumpulkan informasi tentang Nasionalis China serta ekspansi Jepang. Di tahun itu dia masih mempertahankan kedoknya sebagai wartawan Jerman.
Selama di China, Sorge berkontak dengan mata-mata lain, yaitu Max Klausen, dan bertemu Agnes Smedley, wartawan sayap kiri yang terkenal. Smedley memperkenalkan Sorge kepada Ozaki Hotsumi, wartawan di surat kabar Jepang, Asahi Shimbun. Hotsumi adalah seorang pro-komunis dan memiliki hubungan dengan Pemerintah Kekaisaran. Sorge juga merekrut Ursula Kuczynski ke dalam jaringannya. Dan setelah beberapa waktu, Hotsumi bergabung dengan jaringan mata-mata tersebut.
Pada tahun 1933 Sorge menikah dengan Katya Maximova. Di tahun yang sama, dia diterima bergabung dengan Partai Nazi. Untuk memperkuat penyamarannya, dia bekerja untuk surat kabar Jerman, Getreide Zeitung.
Dia lalu diminta oleh Artur Artuzov, kepala GPU, untuk mendirikan jaringan mata-mata di Jepang. Dia ditugaskan untuk memastikan Jepang tidak terseret ke dalam perang melawan Uni Soviet.
Sorge memanfaatkan koneksinya di Jerman untuk memperoleh akses ke Jepang. Dia berhasil memperoleh komisi dari dua surat kabar, Börsen Zeitung dan Tägliche Rundschau. Dia juga memperoleh dukungan dari jurnal teori Nazi, Geopolitik, dan dipekerjakan oleh Frankfurter Zeitung.
Sorge tiba di Jepang pada bulan September 1933. Dia diperingatkan oleh kepala mata-matanya untuk tidak berhubungan dengan Partai Komunis Jepang yang bergerak di bawah tanah atau dengan Kedutaan Besar Soviet di Tokyo.
Dia mendirikan jaringan mata-matanya dan merekrut sejumlah orang, seperti Max Klausen, Ozaki Hotsumi, dan dua agen Komintern lainnya, Branko Vukelic, seorang wartawan yang bekerja untuk majalah Prancis, Vu, dan seorang wartawan Jepang, Yotoku Miyagi, yang bekerja di sebuah surat kabar berbahasa Inggris.
Kepribadian Sorge yang karismatik membuatnya berhasil tampil sebagai pendukung setia Partai Nazi. Dia sukses menjalin hubungan baik dengan beberapa tokoh penting yang bekerja di Kedutaan Besar Jerman di Tokyo, seperti Eugen Ott dan Duta Besar Jerman Herbert von Dirksen. Ini memungkinkannya untuk mengetahui informasi tentang niat Jerman terhadap Uni Soviet.
Sementara itu mata-mata lain dalam jaringannya memiliki akses ke politisi senior di Jepang, termasuk perdana menteri Fumimaro Konoye, dan mereka memperoleh rincian rahasia tentang kebijakan luar negeri Jepang.
Setelah beberapa waktu, Sorge memperingatkan Moskow bahwa Jerman mulai meninggalkan persahabatan tradisionalnya dengan China dan lebih memilih bersekutu dengan Jepang. Hal ini membahayakan Uni Soviet di front timur dan barat, sebab Jepang berniat menyerang di mana pun kekuatan besar berada dalam posisi terlemah. Sorge menyarankan agar Uni Soviet membangun pertahanannya di timur. Dia juga meramalkan bahwa cepat atau lambat Jepang akan menyerang Kekaisaran Inggris.
Kemudian pada tahun 1939, Leopold Trepper, seorang agen NKVD, mendirikan jaringan mata-mata Orkestra Merah dan mengorganisasi operasi bawah tanah di beberapa negara. Richard Sorge menjadi salah satu agen utamanya. Agen-agen lain dalam kelompok tersebut termasuk Ursula Beurton, Harro Schulze-Boysen, Libertas Schulze-Boysen, Arvid Harnack, Mildred Harnack, Sandor Rado, Adam Kuckhoff, dan Greta Kuckhoff. Arvid Harnack, yang bekerja di Kementerian Ekonomi, memiliki akses ke informasi tentang rencana perang Hitler, dan menjadi mata-mata penting.
Operasi Barbarossa
Pada tanggal 18 Desember 1940, Adolf Hitler menandatangani Arahan Nomor 21, yaitu sebuah perintah untuk memulai Operasi Barbarossa. Perintah itu berisi arahan agar Jerman bersiap menghancurkan Soviet sebelum berakhirnya perang melawan Inggris.
Hanya dalam beberapa hari, Sorge berhasil mengirimkan salinan dari arahan ini ke markas besar NKVD. Bersama sejumlah agen Soviet lainnya, seperti Harro Schulze-Boysen dan Leopold Trepper, Sorge mengirimkan pembaruan tentang persiapan Jerman.
Banyak laporan mengenai aktivitas Jerman terkait Operasi Barbarossa berasal dari Sorge, tetapi saat itu Stalin yakin bahwa dia adalah agen ganda dan bekerja atas nama Inggris. Serangan Nazi terhadap Uni Soviet akhirnya terjadi. Operasi Barbarossa secara resmi dimulai pada 22 Juni 1941.
Kematian
Pada musim gugur tahun 1941, Sorge dan rekan-rekannya memberikan informasi kepada Stalin bahwa Jepang sedang bersiap untuk berperang di Pasifik. Dia memberitahu intelijen Soviet dua bulan sebelum Pearl Harbor bahwa Jepang tidak akan menyerang Soviet.
Jepang mulai yakin bahwa ada mata-mata di dalam Kedutaan Besar Jerman. Kecurigaan itu terbukti ketika pada bulan Oktober 1941, polisi Jepang berhasil menangkap Yotoku Miyagi, salah satu agen kunci dalam jaringan Sorge. Di bawah siksaan, Miyagi mengaku dan menyebutkan nama Sorge dan rekan-rekannya.
Sorge lantas diawasi: pihak Jepang mengatur agar dia berselingkuh dengan Kiyomi, seorang mata-mata yang bekerja untuk dinas rahasia Jepang. Suatu malam ketika mereka berada di sebuah restoran, Sorge melihat pelayan menjatuhkan bola kertas beras berukuran kecil di meja mereka. Sorge mengambilnya dan mengetahui bahwa dia terancam akan ditangkap. Dia didesak untuk segera melarikan diri.
Ketika Sorge berada di dalam mobil, dia mencoba membakar kertas itu. Korek apinya tidak menyala dan dia meminta Kiyomi memberinya korek api, tetapi Kiyomi berpura-pura tidak bisa memberinya. Jengkel, Sorge melempar kertas itu keluar jendela dan pergi.
Kiyomi meminta Sorge untuk menghentikan mobilnya agar dia bisa memberi tahu orang tuanya bahwa dia akan keluar di malam itu. Sorge setuju, dan Kiyomi menelepon polisi rahasia Jepang, memberi tahu mereka di mana tepatnya kertas itu dijatuhkan. Kertas itu segera ditemukan dan Sorge ditangkap.
Richard Sorge digantung oleh Jepang pada tanggal 7 November 1944 pada pukul 10:20 waktu Tokyo di Penjara Sugamo. Kata-kata terakhirnya adalah “Tentara Merah!”, “Partai Komunis Internasional!” dan “Partai Komunis Soviet!”
Semuanya itu disampaikan dalam bahasa Jepang yang fasih kepada para penculiknya. Dia dinyatakan meninggal 19 menit kemudian.
Pada tanggal 5 November 1964, 22 tahun setelah kematiannya, pemerintah Soviet menganugerahkan Sorge gelar “Pahlawan Uni Soviet”. [BP]