Kisah Pejuang dari Belanda yang Mendukung Kemerdekaan Indonesia

Dolly bersama putranya, Narjo, saat baru turun dari kapal Weltevreden di Jakarta, 1 Januari 1947. (Dok.Pribadi)

Di tengah konflik antara Indonesia dan Belanda pasca-proklamasi kemerdekaan, ada segelintir orang Belanda yang justru memilih untuk mendukung perjuangan Indonesia.

Keputusan ini bukanlah hal yang mudah, terutama mengingat tingginya ketegangan dan perbedaan pandangan antara kedua negara. Salah satu tokoh yang berani mengambil jalan ini adalah Dolly Soerjosoemarno, yang lahir dengan nama Dolly Zegerius.

Perempuan Belanda ini bukan hanya sekadar berpihak, tetapi juga terlibat aktif dalam kehidupan dan perjuangan rakyat Indonesia. Kisah hidupnya adalah potret luar biasa dari keberanian seorang individu yang menghubungkan dua bangsa melalui nilai-nilai kemerdekaan dan kemanusiaan. Artikel ini akan mengungkap perjalanan hidup Dolly, keputusan beraninya, serta dampak yang ia tinggalkan dalam sejarah Indonesia.

Kehidupan Awal dan Keputusan Berpihak kepada Indonesia

Melansir beberapa sumber, Dolly lahir di Belanda dan tumbuh di masa yang penuh tantangan, termasuk pengalaman dijajah oleh Jerman selama Perang Dunia II. Pengalaman ini membentuk pandangannya tentang pentingnya kebebasan dan kemerdekaan, yang kemudian mempengaruhi keputusannya untuk mendukung perjuangan rakyat Indonesia.

Pada 6 Desember 1946, Dolly berangkat ke Indonesia menggunakan Kapal Weltevreden, yang membawa tentara Belanda serta lebih dari 200 mantan mahasiswa Indonesia dan warga Belanda lain yang juga mendukung kemerdekaan Indonesia. Baginya, perjuangan rakyat Indonesia untuk merdeka adalah sesuatu yang benar dan layak untuk didukung.

Hubungan dengan Soetarjo Soerjosoemarno

Di Indonesia, Dolly bertemu dengan Raden Mas Soetarjo Soerjosoemarno, seorang pria keturunan bangsawan dari kesultanan Mangkunegaran Solo yang saat itu tengah menempuh studi di Delft.

Mereka menikah dan membangun kehidupan bersama di Indonesia. Soetarjo menjadi seorang perwira menengah TNI yang ahli dalam bidang topografi. Bersama suaminya, Dolly hidup di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang sedang berjuang untuk merdeka dan harus beradaptasi dengan kehidupan baru yang penuh tantangan.

Kehidupan di Indonesia

Setelah menetap di Indonesia, Dolly dan Soetarjo tinggal di Malang. Kehidupan mereka diwarnai berbagai tantangan, termasuk kekurangan listrik dan air, serta situasi sosial-politik yang sering kali sulit.

Dolly terlibat aktif dalam kegiatan sosial dan politik, termasuk bergabung dalam aksi-aksi demonstrasi menentang pemerintah Belanda. Bersama komunitas perempuan Belanda yang memilih tinggal di Indonesia, Dolly turut berkontribusi pada masyarakat baru mereka, membuktikan komitmennya terhadap perjuangan Indonesia.

Keluarga

Dolly dan Soetarjo memiliki beberapa anak, termasuk Japto Soerjosoemarno, yang kemudian menjadi tokoh penting dalam organisasi Pemuda Pancasila. Keluarga mereka mencerminkan perpaduan budaya antara Belanda dan Indonesia.

Keputusan Dolly untuk berpihak kepada Indonesia menunjukkan adanya perubahan pandangan di kalangan sebagian warga Belanda terhadap kolonialisme, menjadikannya sebagai simbol keberanian dalam menghadapi konflik identitas antara dua bangsa.

Dolly Soerjosoemarno dikenang sebagai salah satu perempuan berani yang mengambil langkah besar untuk mendukung bangsa lain dalam perjuangannya menuju kemerdekaan.

Kisah hidupnya menggambarkan perjalanan kompleks antara dua budaya, menunjukkan bahwa peran individu dalam sejarah sering kali tak lepas dari keputusan pribadi yang kuat.

Dolly adalah bukti bahwa kemerdekaan tidak hanya didukung oleh rakyat Indonesia, tetapi juga oleh beberapa warga Belanda yang menyadari pentingnya hak-hak kemanusiaan.

Warisan yang ditinggalkan Dolly menjadi inspirasi bagi banyak orang tentang pentingnya kebebasan dan keberanian melawan ketidakadilan. Melalui kehidupannya, ia menunjukkan bahwa perjuangan untuk kemerdekaan bisa menjadi jalan yang menghubungkan hati dan nilai-nilai antara dua bangsa yang berbeda. [UN]