Patung Liberty, patung yang dikenal luas di seluruh dunia dan bahkan dijadikan tujuan wisata utama di Amerika Serikat, bukan hanya sekadar monumen megah yang berdiri di Pelabuhan New York. Lebih dari itu, ia adalah lambang kebebasan, harapan, dan semangat perjuangan yang melintasi zaman.
Jutaan wisatawan mengaguminya setiap tahun, namun tak banyak yang benar-benar mengetahui kisah di balik kedatangannya, kisah tentang persahabatan dua bangsa, tantangan arsitektural, dan makna simbolik yang mendalam.
Tepat pada tanggal 17 Juni 1885, potongan-potongan patung raksasa ini tiba di New York setelah menempuh perjalanan panjang dari Prancis melintasi Samudra Atlantik. Bukan sebagai barang ekspor biasa, melainkan sebagai hadiah persahabatan dari rakyat Prancis untuk Amerika Serikat sebuah bentuk penghormatan atas aliansi mereka selama Revolusi Amerika dan perayaan satu abad kemerdekaan negeri Paman Sam. Bagaimana sejarahnya? Berikut sejarah didirikannya patung Liberty yang dirangkum dari History dan Smithsonianmagazine.
Sebuah Hadiah dari Persahabatan
Patung Liberty memiliki akar sejarah yang dalam dan makna simbolik yang luas. Ia lahir dari semangat persahabatan antara Prancis dan Amerika Serikat. Hubungan keduanya memang erat sejak Revolusi Amerika di akhir abad ke-18, saat Prancis menjadi salah satu sekutu utama Amerika dalam perjuangannya melawan kekuasaan Inggris.
Untuk memperingati aliansi tersebut dan merayakan satu abad Deklarasi Kemerdekaan Amerika yang ditandatangani pada tahun 1776, rakyat Prancis menyepakati pemberian hadiah monumental sebuah patung yang melambangkan semangat kebebasan dan demokrasi.
Proyek ambisius ini dipercayakan kepada Frédéric Auguste Bartholdi, seorang pematung kenamaan asal Prancis. Dalam merealisasikan visinya, Bartholdi tak bekerja sendirian. Ia menggandeng insinyur kawakan Gustave Eiffel ya, tokoh yang sama di balik Menara Eiffel untuk membangun kerangka internal patung.
Bartholdi merancang sosok perempuan berjubah yang dinamai “Liberty Enlightening the World” atau “Kebebasan Menerangi Dunia.” Sosok ini mewakili Libertas, dewi kebebasan dalam mitologi Romawi, yang mengangkat obor sebagai simbol cahaya dan harapan, serta memegang sebuah buku hukum yang bertuliskan tanggal kemerdekaan Amerika: 4 Juli 1776.
Proyek Patung Liberty dimulai sejak awal 1870-an. Bartholdi segera menyelesaikan bagian kepala dan tangan yang membawa obor, dan memamerkannya di berbagai pameran internasional untuk menggalang dana dan menarik perhatian publik. Lengan dan obor sang patung pernah dipamerkan di Centennial Exposition di Philadelphia tahun 1876, dan sempat pula dipajang di Madison Square Park, New York.
Namun, membangun patung setinggi lebih dari 46 meter tentu bukan perkara mudah. Untuk mengirimkannya dari Prancis ke Amerika Serikat, patung tersebut harus dipecah menjadi sekitar 350 bagian dan dikemas dalam 214 peti kayu. Setiap potongan diberi nomor dan tanda tertentu agar bisa dirakit kembali dengan presisi di lokasi tujuan.
Kerangka patung lebih dulu dirakit di studio Bartholdi di Prancis, dan setiap bagian diberi lubang-lubang kecil di tepinya. Ketika bagian-bagian yang bersebelahan disatukan, lubang-lubang itu harus bertepatan agar dapat dipaku dan dikunci dengan sempurna. Ini ibarat sebuah puzzle raksasa dari tembaga dan baja yang harus disusun ulang dengan cermat dan penuh kehati-hatian.
Bartholdi dan timnya bahkan membuat rangka kayu tambahan untuk menjaga bentuk patung selama proses pengangkutan. Namun tetap saja, beberapa bagian mengalami perubahan bentuk karena tekanan selama pelayaran melintasi lautan.
Kedatangan yang Ditunggu-tunggu
Pada tahun 1885, kapal fregat Prancis bernama Isère akhirnya mengangkut potongan-potongan Patung Liberty ke Pelabuhan New York. Kedatangan ini menjadi momen yang tak terlupakan. Hari itu, 17 Juni 1885, dicatat sebagai hari bersejarah di mana simbol kebebasan Amerika tiba dari seberang lautan.
Namun, pekerjaan belum selesai. Alas patung belum sepenuhnya siap ketika potongan-potongan tersebut tiba. Oleh karena itu, potongan-potongan Patung Liberty sempat disimpan sementara waktu. Begitu pondasi selesai, proses perakitan dimulai kembali dengan bantuan buku petunjuk dan panduan yang dibuat oleh Bartholdi. Para pekerja di New York harus bekerja keras menyatukan kembali bagian-bagian yang tidak kecil dan mudah untuk diangkat.
Setiap bagian disatukan dengan rangka besi dan disangga oleh balok kayu. Proses ini memakan waktu berbulan-bulan. Bahkan peresmiannya yang semula direncanakan pada September harus diundur hingga akhir Oktober.
Akhirnya, pada 28 Oktober 1886, Patung Liberty diresmikan oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Grover Cleveland. Dalam upacara yang dihadiri ribuan orang dan disiarkan secara luas, patung tersebut berdiri anggun menghadap ke Timur—seolah menyambut kapal-kapal yang datang dari Eropa, sekaligus menatap kembali ke tanah kelahirannya di Prancis.
Sejak saat itu, Patung Liberty tak hanya menjadi wajah kota New York, tetapi juga simbol nasional Amerika. Ia menjadi pengingat akan pentingnya kebebasan, demokrasi, dan solidaritas antarbangsa. Setiap tahun, jutaan wisatawan dari seluruh dunia datang untuk mengagumi keagungannya dan mengabadikan momen bersama patung bersejarah ini.
Patung Liberty adalah lebih dari sekadar hasil seni. Ia adalah suara yang berbicara tentang sejarah perjuangan, persahabatan, dan cita-cita universal manusia. Ia berdiri tegak di pelabuhan, menjadi penanda awal bagi imigran yang datang dengan harapan baru. Ia menjadi inspirasi bagi generasi demi generasi tentang pentingnya menjaga dan merawat kebebasan.
Hari ini, saat kita mengenang tanggal 17 Juni, kita tak hanya mengenang kedatangan sebuah patung dari Prancis ke Amerika. Kita mengenang sebuah perjalanan panjang tentang semangat kolaborasi, tentang simbol yang kini berdiri sebagai saksi bisu lahirnya harapan di tanah baru. [UN]