Koran Sulindo – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan Rais Am Nahdlatul Ulama K.H. Ma’ruf Amin menyambut baik rencana pembuatan film tentang kehidupan ulama besar Nusantara kelas dunia, Syaikh Nawawi al-Bantani. (Baca: Ulama Nusantara Kelas Dunia). K.H. Ma’ruf Amin masih keturunan dari ulama yang pernah menjadi Imam Masjidil Haram, Makkah, tersebut.
Dijelaskan Kiai Ma’ruf, Syaikh Nawawi merupakan mahaguru ilmu keislaman yang namanya sangat dikenal di dunia Islam. “Syaikh Nawawi al-Bantani adalah seorang ulama besar di masanya. Banyak ulama terkemuka di negeri ini pernah berguru ke Syaikh Nawawi,” ungkap Kiai Ma’ruf saat menerima tim persiapan produksi film itu di kediamannya, Jakarta Utara, awal pekan lalu. Tim penggagas dan persiapan yang hadir dalam kesempatan itu adalah Hasyim Nasution, Iskandar Siregar, dan Imran Hs.
Murid atau santri Syaikh Nawawi al-Bantani banyak yang kemudian menjadi ulama besar di Nusantara, lanjut Kiai Ma’ruf, antara lain K.H. Mahfuz at-Tirmisi (Pesantren Tremes, Pacitan); K.H. Cholil (Bangkalan, Madura); K.H. Hasyim Asyari (Pesantren Tebu Ireng, Jombang, pendiri Nahdlatul Ulama); KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah); K.H. Ilyas (Serang, Banten); Syaikh Sulaiman ar Rasuli (Candung, Sumatera Barat); Syaikh Hasan Maksum (pendiri Al Wasliyah di Sumatera Utara), dan; K.H. Tubagus Muhammad Asnawi (Caringin, Menes, Banten). Sosok Syaikh Nawawi juga merupakan cendekiawan yang produktif dalam menorehkan pemikiran-pemikirannya ke dalam kitab.
Beberapa literatur menyebut kita yang ia tulis sudah mencapai lebih dari 100, dengan beragam tema pembahasan, mulai dari ilmu kalam, tauhid, tafsir, syariah, sampai kitab sejarah. Yang paling termasyhur dan hingga kini masih dipelajari di berbagai pesantren di Indonesia dan banyak lembaga pendidikan Islam di negara lain adalahTafsir al Munir li Ma’alim at-Tanzil, yang lebih dikenal dengan sebuatan kitab Marah Labid Tafsir an-Nawawi. Kitab tafsir ini sangat dipuji kalangan alim-ulama, sehingga Syaikh Nawawi al-Bantani atas kedalaman ilmunya dianugerahi gelar yang sangat terhormat: Sayyid Ulama al-Hijaz.
“Karena kedalaman pengetahuan dan wawasan keislamannya, Syaikh Nawawi ditunjuk gurunya, Syaikh Ahmad Khatib Sambas, untuk menggantikan beliau sebagai Imam Masjidil Haram. Ketika itu sang guru sudah uzur. Dari sinilah, belia mulai disapa sebagai Syaikh Nawawi al Jawi,” kata Kiai Ma’ruf. Nama lengkap Syaikh Nawawi sendiri adalah Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi.
Pada akhir pertemuan, Kiai Ma’ruf mendoakan proses produksi film ini berjalan lancar. Ia juga menyatakan kesediaannya menjadi penasihat untuk tim produksi film yang rencananya akan bertajuk “Cahaya di Langit Hijaz” tersebut.
Sebelumnya, pada Juli 2017 lalu, Presiden Joko Widodo menghadiri peringatan haul Syaikh Nawawi Al Bantani di Pondok Pesantren An Nawawi, Tanara. Dalam kesempatan itu, Jokowi mengatakan Syaikh Nawawi merupakan salah satu ulama yang ia idolakan. Menurut Jokowi, Syaikh Nawawi adalah ulama besar yang pernah dimiliki Indonesia.
Gagasan film “Cahaya di Langit Hijaz”, menurut Iskandar Siregar, terutama bertujuan mengenalkan kembali sosok dan kiprah Syaikh Nawawi al-Bantani kepada masyarakat Indonesia. “Kehadiran film ini diharapkan dapat memperluas wawasan masyarakat tentang ketokohan ulama-ulama kita,” ujar Iskandar. Rencananya, film ini akan mulai diproduksi tahun ini, bekerja sama dengan Max Pictures, rumah produksi yang menghasilkan film-film Indonesia box office, seperti Dilan dan Arini. [PUR]