Kiprah Arnold Mononutu dalam Pendidikan dan Pemerintahan Indonesia

Mononutu (ketiga dari kanan) bersama Hatta dan Hamengkubuwono IX (Wikipedia)

Koran Sulindo – Tidak semua pejuang kemerdekaan Indonesia mendapatkan sorotan luas di kancah nasional, meskipun kontribusinya terhadap kemerdekaan dan pembangunan bangsa begitu penting.

Salah satu tokoh yang kurang dikenal namun memiliki peran yang sangat besar adalah Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu atau yang lebih dikenal dengan nama Arnold Mononutu. Sosoknya mungkin belum begitu familiar bagi banyak orang Indonesia, namun di Sulawesi Utara, tanah kelahirannya, Arnold dikenal sebagai figur yang dihormati.

Keberaniannya, dedikasinya pada pendidikan, dan komitmennya pada persatuan Indonesia menjadikannya salah satu putra daerah yang berpengaruh. Berikut adalah kisah perjuangan dan kontribusi Arnold Mononutu, atau yang akrab disapa Om No, dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membangun negeri ini.

Di tanah kelahirannya, Manado, nama Arnold diabadikan sebagai nama jalan, mencerminkan kontribusinya yang besar sebagai tokoh perjuangan dan putra daerah yang gagah berani.

Arnold Mononutu dilahirkan pada 4 Desember 1896 dengan nama lengkap Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu dari pasangan Karel Charles Wilson Mononutu, seorang pegawai negeri Hindia Belanda, dan Agustina van der Slot.

Melansir laman resmi Museum Sumpah Pemuda, Arnold dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan, Arnold menempuh pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS) di Gorontalo, lalu melanjutkan ke Hogere Burgerschool (HBS) di Batavia.

Di sekolah ini, ia berkenalan dengan tokoh-tokoh nasional seperti A.A. Maramis dan Achmad Subardjo. Pada 1920, Arnold melanjutkan studi di Akademi Hukum Internasional di Den Haag, Belanda.

Meski awalnya belum menyadari pentingnya pergerakan nasional, ia mulai bertransformasi setelah aktif di organisasi Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging), yang memperjuangkan kemerdekaan Tanah Air.

Pada tahun 1927, ia kembali ke Indonesia dan terjun dalam dunia politik, bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) dan bertemu dengan Ir. Soekarno.

Peran dalam Pergerakan Nasional dan Kemerdekaan

Di tengah pergolakan menuju kemerdekaan, Arnold menyewa kamar di Jakarta bersama Suwirjo dan Sugondo Djojopuspito, tokoh yang menginisiasi Kongres Pemuda Indonesia Kedua dan melahirkan Sumpah Pemuda 1928.

Arnold aktif di organisasi Jong Minahasa dan Jong Celebes, memperkuat kontribusinya dalam membangun kesadaran nasional di kalangan pemuda Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha membentuk negara federasi yang terpisah, Negara Indonesia Timur (NIT), yang bertujuan menghalangi Indonesia menjadi negara kesatuan.

Arnold berdedikasi mempertahankan Indonesia sebagai negara kesatuan dengan mendirikan Gabungan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, yang mengadvokasi kemerdekaan penuh dan menolak kolonialisme Belanda.

Kiprah dalam Pemerintahan dan Pendidikan

Pada Desember 1949 hingga 1953, Arnold dipercaya menjabat sebagai Menteri Penerangan di tiga kabinet berturut-turut: Kabinet RIS, Kabinet Sukiman-Suwirjo, dan Kabinet Wilopo.

Salah satu momen pentingnya adalah pengukuhan nama Jakarta sebagai ibu kota Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai Batavia hingga pendudukan Jepang. Pada 30 Desember 1949, dalam kapasitasnya sebagai Menteri Penerangan, ia secara resmi menetapkan Jakarta sebagai nama ibu kota RI. Perannya ini mencerminkan kepeduliannya terhadap identitas nasional yang kuat.

Di bidang pendidikan, Arnold Mononutu menjabat sebagai Rektor Universitas Hasanuddin dari 1960 hingga 1965. Di masa kepemimpinannya, ia berhasil mengembangkan universitas ini dari hanya tiga fakultas menjadi sembilan fakultas.

Jumlah mahasiswa pun meningkat dua kali lipat dari 4.000 menjadi 8.000 orang, menjadikan Unhas sebagai institusi terkemuka di kawasan Indonesia Timur yang berkontribusi besar dalam mencetak generasi penerus bangsa.

Warisan dan Penghormatan untuk Sosok Sang Pejuang

Kontribusi Arnold Mononutu bagi kemerdekaan dan pendidikan bangsa Indonesia begitu besar dan signifikan, menjadikannya sosok yang tak terlupakan di Sulawesi Utara dan Indonesia.

Hingga kini, masyarakat Sulawesi Utara mengenang perjuangan dan jasa-jasanya sebagai inspirasi. Nama Arnold Mononutu yang diabadikan sebagai nama jalan di Manado menjadi simbol penghargaan atas dedikasi dan pengorbanannya demi negara dan bangsa. [UN]