Koran Sulindo – Kinerja keuangan PT Bank Central Asia (BCA) Tbk terus mencatatkan pertumbuhan. Bahkan untuk 2019, bank tersebut mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 28,81 triliun. Angka ini disebut tumbuh 10,5% dibanding tahun sebelumnya secara tahunan (yoy) yang membukukan laba bersih Rp 25,9 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, kinerja keuanganyang positif itu karena kepercayaan nasabah sehingga itu merupakan aset yang paling berharga. Juga merupakan
fondasi pertumbuhan perbankan transaksi dan dana murah (CASA).
“BCA berhasil mencatat pertumbuhan kinerja yang baik di 2019 dengan kenaikan laba sebelum provisi dan pajak penghasilan (PPOP) sebesar 15,5% ditopang pertumbuhan laba operasional sebesar 13,6%,” kata Jahja beberapa waktu lalu.
Selain itu, BCA juga mempertahankan keunggulan bisnisnya dalam perbankan transaksi dan penyaluran kredit sehingga dana giro dan tabungan CASA dapat tumbuh 9,9% mencapai Rp 532,0 triliun dan total kredit meningkat 9,5% menjadi Rp 603,7 triliun.
Pertumbuhan kredit, kata Jahja, didukung segmen bisnis, termasuk kredit korporasi yang tumbuh 11,1% menjadi Rp 236,9 triliun dan peningkatan kredit komersial & SME sebesar 12,0% menjadi Rp 202,9 triliun pada Desember 2019. Sementara itu kredit konsumer tumbuh 4,3% menjadi Rp 158,3 triliun di mana segmen KPR tumbuh 6,5% menjadi Rp 93,7 triliun. KKB turun 1,1% menjadi Rp 47,6 triliun dan outstanding kartu kredit tumbuh 9,4% menjadi Rp 14,1 triliun.
Pada periode yang sama, pembiayaan syariah tumbuh 15,2% menjadi Rp 5,6 triliun. Pertumbuhan kredit BCA yang berkelanjutan dapat tercapai berkat kualitas kredit yang terjaga melalui penerapan prinsip kehati-hatian secara konsisten. NPL tercatat pada level 1,3% pada Desember 2019, dibandingkan 1,4% pada tahun sebelumnya.
“Kami berkomitmen untuk terus melakukan investasi jaringan dan menciptakan inovasi digital untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang terus berkembang. Dengan upaya-upaya tersebut, BCA dapat mencapai pertumbuhan dana inti CASA yang Iebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 9,9% menjadi Rp532,0 triliun dan berkontribusi sebesar 75,5% dari total dana pihak ketiga pada Desember 2019,” kata Jahja.
Adapun jumlah rekening dana pihak ketiga juga menunjukan tren peningkatan sebesar 14,2% dan hampir mencapai 22 juta rekening pada akhir 2019 melalui layanan pembukaan rekening online maupun di cabang. Sementara itu, deposito mengalami pertumbuhan sebesar 14,4% mencapai Rp 172,8 triliun. Pada akhir tahun, total dana pihak ketiga tumbuh sebesar 11,0% menjadi Rp 704,8 triliun.
Peningkatan beban operasional juga diimbangi oleh pertumbuhan pendapatan operasional. Di sisi pendapatan, BCA membukukan pertumbuhan pendapatan operasional sebesar 13,6% menjadi Rp 71,6 triliun didukung oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 12,1% menjadi Rp 50,8 triliun dan pertumbuhan pendapatan operasional lainnya sebesar 17,5% menjadi Rp 20,8 triliun.
Sedangkan di sisi biaya beban operasional meningkat 11,2% menjadi Rp 30,7 triliun, sehingga rasio cost to income (CIR) terkelola dengan baik dan tercatat sebesar 43,7%. Rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) tercatat pada level yang sehat masing-masing sebesar 23,8% dan 80,5%. Rasio pengembalian terhadap aset (RCA) tercatat sebesar 4,0% sementara rasio pengembalian terhadap ekuitas (ROE) sebesar 18,0%. [KRG]